Paduan Suara Anak Indonesia Rebut Dua Gelar di Italia

Untuk bisa menembus final, di fase sebelumnya, TRCC mengandalkan empat lagu. Yaitu, Der Wassermann karya Robert Schumann, Salve Regina karya Javier Busto, dan dua lagu yang diaransemen Fero Aldiansya, yakni 137 Hip Street dan Bungong Jeumpa, lagu tradisional dari Aceh.

Luciana Oendoen, salah seorang pengajar yang mengawal TRCC sejak awal tahun lalu, menuturkan, bukan perkara mudah menangani 43 anak sekaligus. ”Apalagi untuk masalah transportasinya,” kata Luci.

Sejak berada di Eropa pada akhir Juni, TRCC memang harus berpindah-pindah tempat. Tapi, mereka memilih tidak menyewa bus atau kendaraan lain. Mereka menaiki kendaraan umum.

Merepotkan memang. Tapi, pilihan itu bukan tanpa maksud. Luci dan pengajar lain ingin mengasah rasa kepemimpinan dan tanggung jawab dalam diri anak didik mereka. Apakah anak-anak itu sanggup untuk melindungi satu sama lain dan tetap utuh.

Tidak hanya belajar mengenai segala seluk-beluk nyanyian. Luci menerangkan, para pendidik memang juga melatih jiwa kepemimpinan dan kemandirian. Disadari anak-anak atau tidak, hal tersebut menjadi salah satu penilaian dalam kenaikan level mereka.

Jika dianggap mampu melindungi teman atau juniornya, dia dapat dianggap sebagai senior. ”Dan diberi kepercayaan menjaga dan melatih juniornya untuk di perlombaan selanjutnya,” katanya.

Di situ barangkali salah satu kunci kekompakan TRCC hingga bisa tampil sangat prima di Venezia. Juga, membanggakan Indonesia dengan membawa pulang dua piala. (*/c10/ttg/rie)

Tinggalkan Balasan