Roller Coaster Cristiano Ronaldo

bandungekspres.co.id – Air mata itu menetes lagi di pipi Cristiano Ronaldo. Sama persis seperti air mata yang jatuh setelah laga final Euro 2004 di Estadio da Luz, Lisbon. Bedanya, Ronaldo menitikkan air mata di Stade de France kemarin bukan karena bersedih. Bukan pula karena capitao Portugal itu harus mengakhiri laga lebih cepat pada menit ke-24.

Sebaliknya, air mata Ronaldo adalah tanda kebahagiaan setelah mengakhiri rekor sialnya saat membela Portugal. Di usianya yang menapak 31 tahun, Ronaldo akhirnya mengangkat trofi major tournament pertama setelah 13 tahun bersama Seleccao das Quinas, julukan Portugal.

Mimpi itu terwujud setelah Portugal mempecundangi tuan rumah Prancis 1-0 dalam final Euro 2016 via gol Eder pada menit ke-109 (babak perpanjangan waku). ’’(Final Euro 2016) memang bukan final yang saya harapkan, tetapi berakhir dengan happy ending,’’ ujar Ronaldo sebagaimana dikutip Sky Sports.

’’Inilah yang selalu saya rindukan sejak (final Euro) 2004. Setiap kali Euro saya berharap kepada Tuhan, berilah saya kesempatan ini lagi dan Anda lihat sendiri kan,’’ imbuh pemain dengan 133 caps dan 61 gol itu.

Euro 2004 merupakan awal mula Ronaldo merasakan naik turunnya prestasi Portugal. Dimulai dari dia yang hanya berlabel pemain termuda pencetak gol Euro sepanjang sejarah Portugal sampai menjadi pemain paling berpengaruh di skuad besutan Fernando Santos.

Euro 2016 pun tak ubahnya roller coaster bagi Ronaldo. Sempat dikritik mandul dalam dua laga awal, dia menjawabnya dengan dua gol ke gawang Hungaria di laga pemungkas fase grup. Ronaldo kembali bermain biasa-biasa saja melawan Kroasia dan Polandia sebelum memberikan kontribusi gol dan assist di semifinal kontra Wales.

Nah, di final kemarin, Ronaldo juga tidak tampil sebagai pembeda di lapangan. Tapi, ada yang bisa dibanggakan. ’’Setidaknya, setelah pengalaman ini saya semakin percaya dengan rekan-rekan di Portugal. Tim ini punya kualitas dan kemampuan bersama dengan strategi kemenangan pelatih kami,’’ sebut Ronaldo seolah menegaskan bahwa Portugal bisa menjadi juara tanpa dirinya.

Ronaldo ditarik keluar karena cedera lutut pada menit ke-25. Posisinya kemudian digantikan Ricardo Quaresma. Sepeninggal Ronaldo, Portugal makin menguatkan defense. Hanya ada Nani dan Joao Mario di area pertahanan Prancis. Walaupun tak bisa dimungkiri, sepanjang 24 menit awal bersama Ronaldo, Portugal sudah menerapkan garis defense yang rendah.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan