Perpustakan Umum Jawa Barat Raih Top 99 Sinovik

Tahun 2016, Perpustakaan Umum Jawa Barat meraih penghargaan Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik) Top 99. Hasil itu cukup membanggakan. Di tengah minimnya pelayanan perpustakaan di tanah air.

Suhendrik, Bandung.


Senyum mengembang bertebaran di gedung organisasi perangkat daerah (OPD) Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) yang satu ini. Mengunjunginya seolah tengah berada di taman senyum. Suasananya mirip saat datang ke hotel berbintang. Bersih pula.

Di taman senyum itu, mulai dari security, penerima tamu, pegawai, sampai para pejabatnya selalu tersenyum saat bertegur sapa dengan orang. Sampai kepada orang yang tak dikenal sekalipun. Taman ini berada di kantor Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah (Bapusipda) Jawa Barat, di Jalan Kawaluyaan Indah, Kota Bandung. Lokasinya masuk ke jalan kecil. Satu kilometer dari Jalan Sukarno Hatta, Kota Bandung.

Jarang memang, keramahan setara tempat penginapan berkelas bisa dirasakan di kantor pemerintah. ’’Ya, beginilah kami. Hanya ingin lebih melayani masyarakat yang datang ke perpustakaan saja,’’ kata Kepala Bapusipda Jawa Barat Dr Hj Nenny Kencanawati M Si, Jumat lalu (13/5), ketika ditanya kenapa mudah sekali menemukan senyum di kantornya.

Karena itu, tidak salah jika Kementerian PAN-RB menganugerahkan Perpustakaan Umum Bapusipda Jabar masuk Top 99 Sinovik nasional. Meski, untuk meraihnya bukan proses mudah. Menurut Nenny, semua itu bermula dari dua tekad. Pertama keinginan kuat para pegawai untuk menampilkan wajah baru layanan perpustakaan. Proses transformasi itu berjalan sejak tahun 2014.

Tekad kedua, kata perempuan kelahiran Serang, 14 Januari 1957, yang besar di Bandung sejak usia setahu tahun ini, terdorong data rendahnya minat baca masyarakat secara nasional. Berdasarkan hasil kajian 2015 yang dilakukan Perpustakaan Nasional (perpusnas) RI, minat baca penduduk Indonesia sebesar 25,1 persen atau kategori rendah. Data itu dihimpun dari 12 provinsi, 28 kota, dengan populasi mewakili 75 persen.

Nenny menyebut, ada empat indikator yang dinilai pada hasil kajian perpusnas. Yakni, frekuensi baca per minggu, jumlah halaman yang dibaca per minggu, lama waktu membaca dan alokasi dana untuk beli buku per tahun. Menurut rencana, pihaknya juga akan melakukan kajian serupa. Dengan menambah indikator lebih detil soal data awal minat baca masyarakat Jawa Barat.

Tinggalkan Balasan