Cari Para Siswa Daerah dengan Latar Strata Ekonomi Bawah

Salah seorang yang menggarap order dari Fuji Xerox tersebut adalah Miftahul Huda, 19. Alumnus salah satu SMK di Rembang itu merasa bersyukur lantaran punya kesempatan menimba ilmu di Meruvian.

”Dengan begini, saya bisa belajar sekaligus bekerja untuk mengaplikasikan langsung ilmu yang saya punya,” kata Huda.

Dihubungi secara terpisah, seorang alumnus angkatan awal di Meruvian, Kristiono Hendrawan, juga berterima kasih atas apa yang diperolehnya di Meruvian. Dia yang kini sudah memiliki perusahaan sendiri di bidang IT itu menganggap keberadaan program-program seperti yang digagas Frans penting untuk terus dikembangkan.

Dia menegaskan, setiap teori yang didapat di bangku sekolah atau kuliah belum cukup. Ilmu dan pengetahuan penting pula untuk diaplikasikan. ”Sebab, teknologi itu tool, ia akan bermanfaat kalau sudah diaplikasikan. Nah, sentuhan Frans di Meruvian telah mengenalkan kami dengan Java yang aplikatif,” imbuh alumnus Universitas Indonesia tersebut.

Pada masa-masa awal Meruvian berjalan, fokus garapan memang masih untuk mahasiswa. Baru sekitar 2008 konsentrasi digeser untuk lebih konsentrasi pada lulusan SMK. Secara faktual, mayoritas lulusannya ternyata masih belum benar-benar siap memasuki dunia kerja.

”Tapi, kalau boleh jujur, apa yang saya lakukan selama ini tidak melulu berbuah apresiasi. Tidak sedikit yang mencela. Papa, misalnya, sejak awal saya dibilang buang-buang hidup saja,” kata Frans, lantas terkekeh.

Meski demikian, dia tetap bergeming. Sejak kecil bapak satu anak itu dibiasakan untuk tidak serta-merta mendapatkan segala sesuatu yang diinginkan. Misalnya, bagaimana dia saat kelas 1 SMA akhirnya bisa memiliki Nintendo (perangkat game asal Jepang yang pernah ngetren pada awal-awal 90-an). Saat itu dia harus bekerja dahulu selama tiga bulan pada sebuah pabrik sepatu di sekitar kediamannya di Sukabumi.

Kemandirian Frans berlanjut. Saat kuliah di Universitas Trisakti, Jakarta, dia juga menyambi kerja. Beruntung, berbekal kemampuan dan pengetahuan komputernya yang makin baik, dia diterima ikut membantu tim IT sebuah perusahaan aluminium di Jakarta.

Namun, saat bekerja di situ pulalah, Frans sempat mengalami insiden yang mengakibatkan luka permanen jahitan. Dia menjadi sasaran penodongan saat berada di bus metromini jurusan P12 (Terminal Kalideres–Senen) sepulang kerja. Karena melawan, perut bagian kanannya robek karena tersayat senjata tajam. Untuk menutup luka itu, dibutuhkan jahitan sekitar 5 cm.

Tinggalkan Balasan