Biasanya sleep paralysis terjadi pada mereka yang mengalami narkolepsi. Yakni, mereka yang mudah tidur atau mampu tidur dalam waktu lama. Penderita narkolepsi bisa tidur saat diajak berbicara. ”Mereka mengalami kerusakan fase tidur. Fasenya tidak urut,” tutur dokter yang juga praktik di RS Unair tersebut.
Narkolepsi disebabkan kelainan genetis. Jika orang tua mengalami narkolepsi, anaknya juga berisiko mengalami kelainan tersebut. Sleep paralysis akan terjadi berulang-ulang pada penderita narkolepsi. ”Walaupun narkolepsi merupakan kelainan yang diturunkan, sleep paralysis bisa terjadi pada usia dewasa,” ungkapnya.
Mereka yang tidak punya kelainan narkolepsi pun mengalami sleep paralysis. Biasanya hal tersebut terjadi pada orang yang cemas, kebanyakan kafein, atau jam tidurnya kacau. ”Bisa juga terjadi pada mereka yang dibangunkan dengan kasar,” jelas Wardah. Sama dengan penderita narkolepsi, sleep paralysis pada mereka yang normal terjadi saat fase tidur REM.
Biasanya mereka yang mengalami sleep paralysis akan mengalami halusinasi. Misalnya, adanya makhluk menyeramkan. Menurut Wardah, halusinasi itu merupakan bagian dari mimpi. ”Kalau sedang tindihan, harus dibangunkan dengan pelan,” tuturnya.
Walaupun termasuk gangguan tidur, penderita sleep paralysis jarang pergi ke dokter. Psikiater National Hospital dr Aimee Nugroho SpKJ menambahkan, orang dengan gangguan tidur tindihansebaiknya segera mendapat penanganan. Sebab, sleep paralysis sering dipicu kecemasan. (lyn/nir/c5/dos/fik)