bandungekspres.co.id – Sembilan tahun tanpa kabar, tenaga kerja wanita (TKW) Neneng Sri Indraeni, 45, warga Kampung Babakan leuwi Bandung, Jalan D Gunadi, Kelurahan Citeureup, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, meninggal dunia saat bekerja di Malaysia, Minggu (20/3). Tidak jelas penyebab meninggalnya korban.
Kiki Taryana, 24, anak pertama Neneng mengungkapkan, semenjak Neneng berangkat menjadi TKW selama sembilan tahun lebih tidak ada kabar berita. Bahkan, belum pernah sekali pun mengirimkan biaya apapun. Pihak keluarga sudah mencari info keberadaan Neneng tapi tidak mendapatkan kabar yang akurat.
”Saya merasa kecewa selama sembilan tahun mama (Neneng) berangkat, dan sekarang kembali dalam keadaan sudah meninggal dunia,” kata Kiki di rumah duka, kemarin (27/3).
Kiki menjelaskan, kepulangan Neneng seperti sepercik surat, yang dipaketkan begitu saja. Tanpa ada yang mengantar dan bertanggung jawab dari pihak majikannya di Malaysia.
Menurut dia, Neneng meninggal Minggu (20/3) pekan lalu dan jenazahnya tiba di Indonesia, Sabtu (27/3) siang hari. Jenazah korban, dijemput oleh kedua putranya beserta saudaranya dengan membawa ambulan dari Bandung ke Bandara Soekarno-Hatta.
”Kalau saja kami tidak menjemput mama (Neneng) mungkin jenazahnya akan terlantara di bandara. Untung kami lebih dulu datang ketimbang jenazah mama. Jenazah hanya diturunkan oleh pegawai di bandara saja,” jelasnya.
Selama sembilan tahun, tutur Kiki, dia bertindak sebagai tulang punggung keluarga. Untuk membiaya makan sehari hari bersama adiknya Kurnia Sandi, 21, dirinya harus rela menjual rumah peninggalan orang tuanya. Sebab, selama sembilan tahun dirinya bersama adiknya harus makan dan mencukupi kebutuhan sehari-hari. ”Kami butuh biaya sehari-hari untuk makan dan kebutuhan hidup lainnya,” tuturnya.
Kaka Neneng, Atie, 53, mengakui adiknya Neneng diajak oleh dirinya menjadi TKW. Itu pun sebelumnya diajak ajakan E yang berada di Wilayah Ciparay, Kabupaten Bandung. Lalu oleh E, kata dia, mereka kami diberikan pada agen. Neneng ke PT Mutiara di Bekasi, sedangkan Atie di PT di Jakarta.
“Saya kabur dari PT karena sebelumnya saya tidak diberi izin oleh suami. Tetapi adik saya tidak mengurungkan niatnya untuk berangkat, karena pada saat itu suaminya Neneng baru meninggal dunia. Mungkin Neneng berangkat karena memikirkan terus menerus mendiang suaminya dan harus membiayai kedua putranya,” kata Atie.