Dari Satu Indung Telur, Dialiri Darah yang Sama

Belajar Kerukunan Beragama dari Masyarakat Kepulauan Kei (1)

Penyambutan kepulangan Pastor Johanes Michael Wemay memperlihatkan kuatnya jalinan kerukunan antar pemeluk agama di Kepulauan Kei. Tak menyangka foto acara itu menjadi viral di dunia maya.

BAYU PUTRA, Tual

RUMAH panggung itu berdiri di tepi laut. Hanya ada satu ruangan di dalamnya. Selembar tempat tidur bawah, satu lemari, dan sebuah rak tempat menaruh barang berjejal mengisi di dalamnya. Sebuah jendela lebar meng­hadap langsung ke Laut Banda.

Di rumah itulah Pastor Johanes Michael Wemay tinggal sejak pertengahan Februari lalu. Bersahaja memang. Tapi, bagi Johanes dan warga Desa Ngadi, Tual, rumah tersebut adalah perlambang sukacita.

Juga, yang tak kalah penting, simbol kuatnya kekerabatan dan kerukunan beragama warga desa yang terletak di Pulau Dullah, Kepulauan Kei, Maluku, itu. ”Rumah ini dibangun bersama seluruh keluarga yang latar belakangnya berbeda-beda,” kata Johanes kepada Jawa Pos (induk Bandung Ekspres) yang menemuinya Kamis pekan lalu (10/3).

Johanes pulang ke kampung halamannya tersebut pada 14 Februari silam. Dan, di hari itu, Ngadi sungguh patut menjadi cermin bagi Indonesia yang belakangan kerap dikoyak insiden sektarian.

Pria yang sebelas hari sebelumnya ditahbiskan sebagai imam di Ambon tersebut disambut seluruh keluarga besar. Yang memeluk Katolik, Protestan, maupun Islam sama-sama membuka tangan bagi pria yang telah 15 tahun berkelana untuk menempuh studi tersebut

Dari sudut pulau yang butuh 1,5 jam penerbangan untuk bisa dijangkau dari Ambon itu, foto kerukunan keluarga besar Johanes dalam penyambutan tersebut dengan segera menyebar. Menjadi viral di dunia maya.

Penyambutan saat itu sebenarnya lebih tertuju pada prosesi adat internal keluarga. Johanes meminta restu kepada seluruh keluarga untuk mengemban tugas melayani umat Katolik.

Para sesepuh keluarga pun memberi restu secara bersama-sama meski dilakukan berdasar keyakinan agama masing-masing. Restu tersebut merupakan bentuk kebanggaan keluarga besar karena salah seorang anak mereka menjadi pemimpin agama. ”Karena itu, sungguh saya tak menyangka acara itu akan mendunia,” kata pria kelahiran 8 November 1985 tersebut.

Tinggalkan Balasan