Berguru Pertanian ke Negeri Gajah Putih

Pelajari Akselerasi Ketahanan Pangan

bandungekspres.co.id – Untuk memelajari cara produksi pertanian, Gerakan Nelayan dan Tani Jawa Barat berencana akan melakukan studi banding ke Thailand dalam rangka menimba ilmu mengenai tata cara agro industri di bidang pertanian.

Ketua Ganti Jabar Pamriadi mengatakan, acara kunjungan ini untuk memelajari dan paham tentang akselerasi ketahanan pangan yang sudah dilakukan Thailand.

’’Thailand itu sangat maju dalam agro industrinya, bahkan produk-produknya telah diterima oleh negara-negara di dunia,” jelas Pamriadi dalam acara silahturahmi dengan Ketua Kamar Dagang dan Industri Jabar Agung Suryamal Soetrisno kemarin.

Menurutnya, negeri yang terkenal dengan julukan Gajah Putih ini menjadi pilihan, sebab dalam penataan hasil produksi pertanian di sana sudah baik dan patut diaplikasikan di Indonesia. Sementara, Indonesia sangat kaya dengan sumber daya alam, namun rantai produksi masih tidak berpihak untuk petani. ’’Nasib petani di Indonesia sangat buruk karena mekanisme pasar di Indonesia belum berjalan dan lebih menguntungkan para pemodal besar,” ucap dia.

Untuk itu, dengan berguru ke Thailand ini, Ganti sebetulnya telah menyusun program pemberdayaan petani yang ada di Jabar dengan menggerakkan produksi komoditas pertanian yang miliki nilai ekonomis tinggi dengan membuka lahan seluas 900 meter di daerah Cikadu, Kabupaten Cianjur.

Selain itu Ganti juga mengajak Kadin untuk bersinergi dalam pengembangan program ini termasuk memberikan arahan masukan  sebagai bekal selama berada di Thailand nanti. ’’Alhamdulillah program ini sudah mendapat dukungan dari Gubernur Jabar bersama Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan untuk selanjutnya merancang program ini,” klaim dia.

Di tempat sama Ketua menambahkan, langkah yang diambil Ganti sangat tepat, sebab selama ini Thailand telah menjadi negara rujukan dalam berguru di bidang pertanian.

Dirinya menilai, majunya pertanian di Thailand karena tata kelola industri pertanian telah diatur oleh pemerintah dengan baik, sebaliknya di Indonesia pengelolaan sangat buruk. ’’Kita lihat ada sebagian komoditi masih harus diimpor, padahal sebetulnya kita itu mampu,” sesal Agung.

Buruknya tata perniagaan di Indonesia masih menjadi PR besar dan harus dibenahi. Apalagi instrumen perbankan terlihat masih alergi kepada petani untuk mengucurkan modalnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan