Pebulu Tangkis Hebat Indonesia dan ”Lubang” di Karir Mereka (1)

Taufik juga tercatat sebagai pemegang rekor juara tunggal putra Indonesia Terbuka dengan enam kali memenanginya. Tapi, Taufik selalu terantuk di All England.

Lain lagi Susy Susanti. ”Musuh besar” tunggal putri terbaik Indonesia sepanjang masa itu bernama Asian Games. Jangankan medali emas, ke final saja, juara Olimpiade 1992 di Barcelona itu belum pernah.

Nah, kalau batu sandungan Taufik dan Susy di luar negeri, duet Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir malah terantuk di kandang sendiri. Mereka memang pernah mencatat hat-trick juara All England. Tapi, di Istora Senayan, ganda campuran andalan Indonesia itu selalu apes.

Sejak dipasangkan pada 2010, belum sekali pun Owi/Butet -sapaan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir- naik podium di Istora Senayan. Baik di Indonesia Terbuka maupun kejuaraan dunia.

”Terkadang kami juga terpengaruh riuh suporter di Istora,” ujar Owi.

Maksudnya, karena didukung teriakan aaaa…eaaa… oleh 15 ribu penonton, mereka kerap lepas kontrol. ”Penginnya gebuk terus,” ucap Owi. Atau kalau istilah pelatih mereka, Richard Mainaky, gedebak-gedebuk tanpa hasil. Akhirnya, permainan jadi monoton, gampang dibaca lawan, dan habis sendiri.

Owi jelas lebih penasaran ketimbang Butet terkait dengan ”kutukan” di Istora itu. Sebab, Butet setidaknya pernah merasakan gelar di gelanggang yang sudah uzur tersebut. Pada 2005, penghuni pelatnas sejak 2002 itu menjadi juara ganda campuran bersama Nova Widianto. Tiga tahun berselang, dia menjadi kampiun ganda putri bareng Vita Marissa.

Owi maupun Butet berharap kesialan di Istora tersebut bisa diakhiri tahun ini. Begitu juga dengan ”lubang” lain: merebut emas di multievent. Sebab, mereka juga selalu tersandung pada babak-babak akhir.

Pada Olimpiade 2012 London, misalnya, Owi/Butet maju ke semifinal. Namun, mereka menyerah lewat rubber game dengan hasil 23-21, 18-21, dan 13-21 terhadap Xu Chen/Ma Jin. Dalam perebutan perunggu, Owi/Butet lagi-lagi kalah oleh pasangan Denmark Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen dengan hasil 12-21 dan 12-21.

Dalam Asian Games XVII/2014 di Incheon, Korea Selatan, Owi/Butet malah sudah menembus final. Sayang, di laga puncak, mereka disikat momok yang selalu mengalahkan mereka dua tahun belakangan, Zhang Nan/Zhao Yunlei.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan