bandungekspres.co.id – Kacapi Naga Maung saat ini menjadi koleksi terbaru Museum Sri Baduga. Kecapi tersebut merupakan hibah dari salah seorang seniman asal Kabupaten Sumedang, yaitu Sakiah Hendro atau biasa disebut Ki Petir.
Tidak tanggung-tanggung, kecapi yang datang pada Rabu (9/3) malam memiliki ukuran yang sangat panjang dan berat dari biasa. Kecapi yang diukir oleh Coey Haradayana itu memiliki berat sekitar tujuh kwintal dan panjang tujuh meter. Serta dilengkapi dengan tiga buah anak kacapi di atasnya.
Menurut Kepala Seksi Perlindungan Museum, Nita Jualinita, pihaknya masih belum bisa menjelaskan latar belakang atau filosofi kecapi secara gamblang. ”Sedikit yang saya tangkap dari percakapan kemarin yaitu Ki Petir sendiri memiliki rasa kekhawatiran terkait bumi yang akan runtuh, sehingga pihaknya membuat kacapi tersebut,” tuturnya kepada Bandung Ekspres saat ditemui di kantornya kemarin (10/3).
Alasan utama yang kecapi itu menjadi koleksi museum yaitu bentuknya yang unik, karena memiliki ukuran tidak lazim. Serta ada ukiran macan dan naga di sisi kecapi. Kecapi ini juga dapat dimainkan oleh tiga orang karena memiliki tiga kecapi yang berbeda.
Selain itu, kacapi ini juga sempat dipagelarkan pada dialog Pencegahan Paham Radikal Terorisme dan ISIS di kalangan Guru dan Pelajar se-Jabar di Gedung Sabuga, Kota Bandung, Selasa (8/3). Menurutnya, si pemilik sendiri berharap kecapi tersebut bisa dirawat dan dilestarikan dengan baik oleh pihak museum.
”Kami berterima kasih kepada Ki Petir yang sudah menghibahkan kecapi kepada kami. Sehingga menanbah koleksi alat kesenian di Museun Negeri Sribaduga,” ungkapnya.
Kecapi yang menjadi hibah tersebut, bisa dipagelarkan kembali, akan tetapi untuk acara kenegaraan, nasional dan pemerintahan Jawa Barat. Memainkannya hanya saat-saat tertentu saja, jangan terlalu sering. Hal itu agar nilai estika karya tersebut tidak hilang.
”Jika terlalu sering, nilai keunikannya bisa hilang dan benda tersebut bukan menjadi barang yang antik lagi,” ujarnya.
Mengenai naskah kuno yang menjadi koleksi museum, jelas dia, naskah kuno Islam tersebur masih tersebar di beberapa daerah. Di Cirebon saja masih ada hingga 100 titik. Untuk itu, pihaknya masih berusaha untuk mendekati masyarakat agar naskah kuno tersebut bisa dihibahkan.