Yang Bikin Senpi Itu Anak Muda yang Butuh Duit

Hermanto mengatakan, perajin di Cipacing memiliki skill masing-masing. Ada yang ahli membuat pegangan kayu, laras besi, hingga aksesori. Jadi, biasanya pedagang memesan dari dua atau tiga perajin sekaligus.

”Perajin senapan angin itu tua-tua. Kalau yang buat senpi rakitan biasanya anak muda yang lagi butuh duit,” terang pria 25 tahun itu.

Dulu, terang Hermanto, pemasaran senpi rakitan dilakukan para makelar dengan bertemu pembeli secara langsung. Setelah menerima order, makelar tersebut lantas menghubungi perajin kepercayaannya.

Hermanto pun berharap polisi bisa lebih meningkatkan pengawasan terhadap penjualan senapan melalui online. Meski, dia sadar tidak akan mudah menangkap pelakunya.

Sebab, sepengetahuan Hermanto, pedagang senpi rakitan melalui online biasanya sudah mempersiapkan diri untuk meminimalkan risiko penangkapan. Mereka sengaja mencetak KTP dengan nama dan alamat palsu untuk membuat rekening bank asli. ”Jadi, kalaupun pembeli ditangkap, sulit menelusuri identitas penjualnya,” tambah dia.

Idih juga sangat geram atas maraknya pedagang senpi online yang membawa-bawa nama Cipacing. Padahal, seluruh anggota koperasi yang dia pimpin sudah sekuat tenaga mematuhi hukum dengan tak melayani permintaan senpi rakitan. Kendati, sejatinya membuat senpi rakitan itu jauh lebih gampang ketimbang senapan angin.

Karena itu, dia berharap aparat juga bisa lebih keras memerangi perdagangan senpi ilegal secara online. ”Mereka itu yang menghancurkan usaha kami,” katanya. (*/c10/ttg/rie)

Tinggalkan Balasan