Namun, rintangan tak lantas tidak ada lagi. Tak sedikit orang tua yang bersikukuh tak melepas anak-anaknya kembali ke sekolah. Atau anak-anaknya sendiri, karena mungkin sudah terlalu lama meninggalkan bangku sekolah, jadi malas balik.
Biasanya Piether memilih cara persuasif. Sesantai mungkin. Kepada sang anak, misalnya, ditunjukkannya foto-foto anak-anak sekolah yang riang gembira saat bermain di sekolah. Tak lupa, dia pun menceritakan dirinya yang bisa menjadi polisi juga karena bersekolah.
Kepada orang tua si anak, Piether memilih berkali-kali mendatangi dan mengajak mereka bicara. Biasanya dia menceritakan prospek anak-anak yang bersekolah, yang kelak punya kesempatan hidup lebih baik saat dewasa.
Memasuki tahun kedua, kian banyak pihak yang mengulurkan tangan untuk GKB. Termasuk Unicef tadi. Juga Pemkab Mamuju dan beberapa perusahaan swasta. Otomatis semakin banyak anak putus sekolah yang bisa dibantu.
Tercatat sudah 675 anak yang terbantu lewat program tersebut. Mayoritas anak usia SD, tapi ada juga yang seperti Irma yang melanjutkan pendidikan ke SMA. Bukan hanya di Kalukku, tapi juga Papalang, kecamatan lainnya di Mamuju.
GKB yang digagas Piether juga mengantarkan Polda Sulawesi Barat memenangi lomba pengembangan polmas pada April 2015. Di bulan Mei, Piether pun dikirim ke Jepang dalam rangka studi banding. ”Kata mereka, di Jepang sendiri belum ada program polisi yang menyekolahkan anak putus sekolah untuk meminimalkan kriminalitas,” ungkapnya.
Apresiasi juga datang dari anak-anak yang telah merasakan sendiri faedah program tersebut. Caranya, mereka memberikan kejutan kecil kepada Piether pada 9 November lalu.
Kala Piether tengah serius memberikan materi motivasi di salah satu kelas di SMA Budi Mulia, tiba-tiba terdengar kor, ”Selamat ulang tahun, selamat ulang tahun…”
Ya, Piether tepat berusia 43 tahun di hari itu. ”Saya terharu, benar-benar terharu,” kenangnya dengan mata berbinar. (*/c9/ttg/rie)