Rumah makan Tantan merupakan hasil menyulap sebuah ruko yang disewa memanfaatkan bonus menjuarai Piala Presiden. Ide awalnya memang lahir dari sang istri Lina Maulina. Namun, Tantan mengungkapkan, sebelum memutuskan membuka Waroeng Tantan 82 itu, dirinya berdiskusi dulu dengan Tony dan Dedi Kusnandar. Dedi yang punya usaha kuliner khas ceker ayam di Bandung adalah mantan gelandang Persib yang sekarang merumput di Malaysia.
Meski begitu, dari segi konsep, Tantan punya pilihan sendiri. Yakni mendesain semua bagian tempat usahanya tersebut dengan jersey serta medali yang pernah dia kenakan serta menangkan selama menjadi pemain.
Selain itu, hampir semua menu makanan yang disajikan diberi nama dengan unsur bola. Salah satunya ”Nasi Goreng Setengah Bola” yang menjadi andalan Waroeng Tantan 82. Menu tersebut berupa nasi goreng spesial yang dihidangkan dalam batok kelapa yang sudah dibagi dua.
Menurut Tantan, konsep itu berhasil menjadi magnet untuk menarik pengunjung, terutama para Bobotoh, sebutan bagi pendukung Persib. ”Di warung saya, bobotoh jadi bisa merasakan lebih dekat napak tilas saya selama berkarir di lapangan sepak bola,” ucap pemain yang pernah berkostum Persitara Jakarta Utara dan Sriwijaya FC tersebut.
Tony sudah pasti juga memikirkan betul konsep tiga bisnis kulinernya tadi. Street Gourmet yang dia kelola bersama Airlangga, misalnya, lahir dari hasil diskusi panjang. Ketika itu mereka mempertimbangkan apakah akan mendirikan warung biasa dengan modal seadanya atau berbentuk restoran yang butuh modal tak sedikit.
Nah, saat Tony dan Airlangga sedang nongkrong di sebuah kafe di Bandung, tiba-tiba muncul ide membikin restoran berjalan di Bandung. Konsepnya adalah menyulap sebuah bus penumpang menjadi restoran yang nyaman plus dapur tempat mengolah makanan.
Dengan bus tersebut, sambil menikmati hidangan, para tamu kemudian akan diajak berkeliling ke berbagai lokasi bersejarah di ibu kota Jawa Barat itu. Layanan serupa, kata Tony, ada di Jerman dan Prancis. ”Hanya, di sana mereka menggunakan bus bertingkat. Karena di sini tidak ada bus bertingkat, kami gunakan bus biasa saja,” jelas Tony.