Kereta Cepat Picu Konflik Sosial

”Sejauh ini belum ada permintaan dari Direktur PT Kereta Cepat terhadap tenaga kerja di KBB. Harapan kami tentu ada tenaga kerja lokal yang ikut serta membangun proyek kereta cepat ini,” kata dia.

Menurut dia, potensi tenaga kerja dari Kabupaten Bandung Barat cukup banyak semisal lulusan teknik sipil yang bisa dilibatkan dalam proyek pembangunan. Kompetensi mereka pun, menurut dia, bisa diuji terlebih dahulu sebelum dilibatkan dalam kegiatan pembangunan tersebut.

Berbeda dengan proyek kereta cepat, pemanfaatan tenaga kerja terampil asal KBB telah diberdayakan dalam pembangunan PLTA Upper Cisokan. Sedikitnya 25 tenaga kerja akan dilibatkan dalam pembangunan pembangkit listrik untuk memasok kebutuhan listrik di Pulau Jawa dan Bali itu.

”Untuk proyek Cisokan sejauh ini melibatkan warga KBB. Ini tentu berdampak positif untuk memberdayakan mereka,” pungkasnya.

Di bagian lain, Direktur Manajemen Risiko PT Jasa Raharja, Wahyu Wibowo mengatakan, kemungkinan besar Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam akan membentuk konsorsium untuk mendukung penyesuaian asuransi kecelakaan lalu lintas.

Dengan adanya konsorsium ini, menurutnya, akan tercipta persamaan nilai polis untuk ketiga negara ini.

”Kemungkinan akan dibentuk konsorsium, untuk mempermudah pelaksanaan penyesuaian asuransi kecelakaan lalu lintas ini,” katanya kepada wartawan di Hotel Intercontinental Dago Pakar, Kota Bandung, kemarin (29/1).

Proyek pembahasan dengan Malaysia dan Brunei Darussalam ini, lanjut Wahyu, akan menjadi proyek percontohan bagi negara ASEAN lainnya untuk memberlakukan hal yang sama.

Pembicaraan intensif antar negara-negara ASEAN untuk membahas hal ini, akan terus dilaksanakan. ”Kami akan terus melakukan pembicaraan mengenai hal ini. Jika Indonesia, Malaysia dan Brunei sudah sepakat, maka diharapkan akan diikuti oleh negara anggota ASEAN lainnya,” katanya. (drx/bbs/rie)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan