Kekerasan Terdahap Anak Memperihatinkan

bandungekspres.co.id– Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP3AKB) Kabupaten Bandung Barat mencatat, sepanjang 2015 ada 21 laporan kasus kekerasan terhadap anak di Kabupaten Bandung Barat. Angka ini cukup banyak mengingat kasusnya menimpa pada anak-anak sebagai penerus bangsa.

BP3AKB
ISTIMEWA

KEPEDULIAN: Seorang akltivis menunjukan tanda stop untuk kekerasan terhadap anak.

Kabid Advokasi dan Informasi pada BP3AKB KBB, Evi Saefiyani mengungkapkan, banyaknya laporan kasus kekerasan pada anak tentu kabar yang memprihatinkan. Pemerintah akan terus memberikan edukasi dan juga imbauan kepada masyarakat agar lebih hati-hati menjaga anak-anak dan juga pergaulan mereka di lingkungan masing-masing.

”Kasus kekerasan anak tentu harus bisa kita tekan agar setiap tahun terus menurun bila perlu terbebas dari kekerasan anak,” ungkapnya kepada wartawan di Ngamprah, kemarin.

Sebagai upaya untuk menekan kasus kekerasan anak, pihaknya hingga saat ini terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar berperan aktif dalam melaporkan terkait persoalan kekerasan terhadap perempuan dan anak sebagai upaya perlindungan kepada perempuan dan anak di KBB. Karena, kata Evi, menyangkut persoalan ini tidak sedikit warga yang enggan untuk melaporkan jika ada temuan kasus tersebut.

”Termasuk peran aktif masyarakat sangat diperlukan. Kalau mengetahui informasi kekerasan anak, langsung laporkan kepada kami,” ujarnya.

Ia menjelaskan, selama ini pihaknya bersama bidang Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) telah membentuk UPT di setiap kecamatan untuk menangani setiap persoalan menyangkut kekerasan pada anak tersebut. Dari setiap UPT itu, dibentuk pula PKB (Petugas Keluarga Berencana) dan TPD (Tenaga Penggerak Desa) yang tugasnya memberikan penyuluhan ditataran desa, melaksanakan program hingga melaporkan kasus-kasus yang terjadi dengan pendataan.

Meski hingga saat ini personel PKB yang beranggotakan 21 orang dan TPD yang beranggotakan 80 orang masih dirasa kurang, namun PKB dan TPD inilah yang berperan aktif dan menjadi ujung tombak dalam menangani persoalan kekerasan terhadap anak di 165 desa di KBB.

Ia menyebutkan, di tahun 2014, dari jumlah penduduk KBB yang berjumlah 1.599.905 jiwa, 28,8 persennya atau 460.773 jiwa di antaranya termasuk pada usia anak-anak 0-15 tahun. Dari jumlah itu, tingkat kekerasan terhadap perempuan dan anak selalu meningkat di setiap tahunnya. Hal itu terjadi disebabkan oleh sejumlah faktor, mulai dari rendahnya tingkat pendidikan, ekonomi dan kesejahteraan keluarga. ”Tentu harapan kami di tahun ini kasus seperti ini tidak ditemukan. Karena tetap yang menjadi korbannya anak-anak,” tandasnya. (drx/fik)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan