bandungekspres.co.id– Pj Bupati Bandung H Pery Soeparman menilai produksi pangan hingga saat ini masih mengalami fluktuasi. Hal tersebut disebabkan oleh produktivitas tanaman yang masih rendah, serta peningkatan luas areal penanaman dan panen yang stagnan.
Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, Kabupaten Bandung menurut Pery Soeparman, pada 2016 akan mengembangkan desa organik dalam kerangka meningkatkan produktivitas pangan. Di samping mempertahankan sawah abadi di setiap desa.
Penegasan tersebut disampaikan Pery Soeparman ketika membuka Muskab Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Kabupaten Bandung periode 2010-201 baru-baru ini. Dikatakan Pery, potensi sektor pertanian di Kabupaten Bandung memiliki keunggulan komparatif. Mulai dari luasnya sumber daya lahan pertanian serta potensi keragaman sumber daya hayati yang sangat kaya, seperti tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.
”Potensi ini merupakan modal dasar bagi usaha untuk memajukan masyarakat petani khususnya dan pembangunan sektor pertanian di Kabupaten Bandung pada umumnya, sebagai salah satu sektor andalan disamping sektor industri manufaktur dan pariwisata,” kata Pery.
Sebagai mitra kerja pemerintah, HKTI diharapkan oleh Bupati Bandung untuk meningkatkan peran aktifnya baik dalam rangka menunjang program pemerintah maupun program lain yang dirancang dan dilaksanakan sendiri oleh HKTI.
Di samping itu, HKTI juga diharapkan tetap konsisten dalam komitmennya menjaga dan mengawal kebijakan revitalisasi pertanian yang bukan hanya konsep dan teori tetapi program pemberdayaan petani yang nyata dan menempatkan para petani sebagai kunci kemakmuran negeri. Kendati jumlah penduduk terus bertambah, sekitar 3,4 juta jiwa (akhir 2015) Kabupaten Bandung hingga saat ini masih mampu memasok kebutuhan beras luar daerah.
Bahkan setiap hari, sekitar 50 sampai 70 ton beras dikirim dari Kabupaten Bandung ke pasar beras Cipinang Jakarta. Kebutuhan beras di Kabupaten Bandung sebanyak 331.615 ton per tahun atau setara dengan 510.176 ton gabah kering giling.
”Kebutuhan ini Alhamdulillah terlampaui, bahkan bisa surplus karena produksi padi setiap tahun mampu mencapai 535.150 ton gabah karena giling,” ungkapnya. (gun/rie)