Bertahan walau Rekan Perajin Belarih Profesi

 Menilik Keuletan Diman, Pembuat Alat Musik Tradisional Khas Sunda

Seni tradisional harus tetap dipertahankan. Untuk itu, selain seniman peran perahin penbuat alat-alat music pun harus bertahan.
HERDIANSYAH, KIARA CONDONG

 

Warsen
ALAT MUSIK TRADISIONAL: Pekerja menyelesaiakn pembuatan alat musik Sunda di Rumah Produksi Sunda Creative Jalan SoekarnoHatta, Kota Bandung, kamis (21/1).

Sebagai bentuk kecintaannya terhadap warisan leluhur, perajin alat-alat musik khas sunda Diman Rahardian, 53, bertahan berjualan meski banyak perajin beralih profesi. Di took sederhananya yang deberi nama Warsen (warung seni), dia terus memperoduksi alat musik tradisonal Sunda.
Diman mengatakan, usahanya di bidang alat alat mesuk tradisional sudah berjalan sejak 2005 lalu. Adapun berbagai alat-alat karawitan Sunda yang dia jual berupa kecapi, suling, gamelan, calung, kendang, serta alat-alat untuk kasidah, nasyid, dan alat musik lainnya.
’’Kalo kendang dan gamelan, saya memproduksinya sendiri. Sedang alat-alat musik lainnya ada yang ngirim,” kata Diman saat ditemui di tokonya, Jalan Soekarno Hatta No 557, Kiara Condong, kemarin (22/1).
Diman mengungkapkan, untuk membuat sebuah kendang, alat dan bahan yang diperlukan antara lain sebongkah kayu nangka atau kayu mangga. Jenis kayu ini teksturnya yang lunak, sehingga dapat menghasilkan suara yang bagus. Dim ana kayu tersebut dibentuk sesuai dengan ukuran yang diinginkan, di beri lubang dan harus dilakukan dengan teliti. Hal ini karena akan mempengaruhi kualitas nada.
Setelah terbentuk, pembuat harus mendasari badan kendang dengan dempul lalu dihampelas agar rata dan halus. Siapkan cat sirlak yang sudah dicampurkan dengan spirtus dengan perbandingan satu banding satu untuk finishing. Kendang siap untuk diplitur berkali-kali sampai mengkilap dan proses ini membutuhkan cuaca panas agar hasilnya memuaskan.
’’Dalam memasang kulit dan tali, proses harus dengan naluri karena kekencangan kulit yang dipasang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya nada,’’ ungkap Diman.
Diman memaparkan, kulit yang digunakan kulit kerbau untuk kendang khas Sunda. Berbeda dengan kendang khas Jawa yang menggunakan kulit sapi agar lebih halus. Perbedaan itu disesuaikan dengan kebutuhan budaya setiap daerah. Karena musik adat khas Sunda cenderung lebih keras bila dibandingkan dengan khas Jawa. ’’Setiap ada pesanan pasti hampir setiap daerah berbeda keinginannya,’’ paparnya.

Tinggalkan Balasan