[tie_list type=”minus”]Jangan Pernah Remehkan Kemasan[/tie_list]
Pemberdayaan UMKM tidak hanya berguna untuk memantapkan peran industri kecil sebagai katup pengaman ekonomi. Lebih dari itu, langkah tersebut adalah modal utama untuk menggerakkan industri yang lebih besar.
—
SEBAGAI pebisnis besar yang merintis usaha dari kecil, Rusdi Kirana memang lebih dari sekadar layak ketika berbicara tentang pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Selama sekitar satu jam, CEO Lion Air Group itu berbincang tentang pengembangan industri kecil dan pariwisata dengan Manado Post (Jawa Pos Group) di ruang kerjanya di lantai 8 Lion Tower, Jakarta Pusat, akhir Desember lalu.
Bagi Rusdi, UMKM bisa diibaratkan katup pengaman ekonomi. Pelakunya sangat besar. Kira-kira 57 juta orang. Pasar yang disasar juga mahaluas. Bahkan untuk memenuhi pasar domestik pun masih kewalahan. Yang jadi persoalan adalah cara pandang yang belum sepenuh hati menghargai produk UMKM.
”Tapi tidak masalah. Semua sektor dapat kita fungsikan untuk memenuhi permintaan pasar. Ini modal utama karena permintaan pasar semakin besar,” tutur pria kelahiran 17 Agustus 1963 itu.
Rusdi mencontohkan keberhasilan Taiwan memberdayakan kelompok UMKM. Pemerintah Taiwan menggerakkan industri rumah tangga yang menjadi penyuplai industri besar di sana. Di situ terjadi mata rantai yang tak pernah putus. Lama-kelamaan industri rumah tangga pun akan berkembang menjadi industri besar yang menumbuhkan industri rumah tangga baru.
”Jadi, lima sampai sepuluh tahun ke depan saya rasa industri kita akan maju kalau kita fokus dari bawah dulu,” tutur ayah tiga anak itu.
Namun, ungkap pria yang bisnisnya merangkak dari penjual tiket bersama istrinya tersebut, banyak kendala yang perlu segera dicarikan solusi. Antara lain, secara kelembagaan, UMKM di Indonesia belum diberi bantuan permodalan yang pantas secara berkesinambungan. Ada lagi persoalan dari sisi pemasaran. UMKM lemah dalam pengemasan dan distribusi. ”Ini sangat penting dibenahi terlebih dahulu,” tandas anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) itu.