FULL BACK senior di Persib Tony Sucipto cukup gerah dengan situasi sepak bola tanah air. Beberapa pihak mencari solusi dan rencana namun tak menghasilkan apapun untuk menyelesaikan konflik sepak bola Indonesia. Solusi yang menurutnya pas yaitu tak berubah seperti statementnya terdahulu–duduk bersama dan menurunkan gengsi untuk kepentingan bersama.
Sudah hampir setahun perseteruan antara PSSI dan Menpora tak berujung. Penderitaan pelaku sepak bola jelas karena tidak adanya kompetisi di negeri ini. Pemain dibuat bingung, pilihan berontak kepada klub bukan hal yang tepat, karena klub pun merujuk kepada tatanan di atasnya yaitu PT. Liga Indonesia (PT. LI) dan PSSI. Sementara, pembekuan PSSI yang dilakukan Menpora masih berlangsung.
”Pastinya gerah karena masalah seperti ini sudah hampir setahun. Kita pemain mau berontak minta kontrak sama klub, klub juga pasti nunggu dari yang atasnya juga, PT. Liga atau PSSI, karena klub kan punya saham disana,” urainya menjelaskan pada Jumat (15/1) pasca menyelesaikan latihan.
Kini pemain hanya bisa menunggu kejelasan stakeholder diatas untuk menyelesaikan konflik berkelanjutan. Sejauh ini, usai FIFA dan AFC berkunjung ke Indonesia November 2015 lalu, asosiasi tertinggi sepak bola di dunia dan Asia itu menyarankan membentuk tim persatuan (Tim Adhoc atau Tim Kecil). Sayang hingga kini belum ada perkembangan signifikan setelah tim tersebut dibentuk.
Tony menuturkan, dirinya tak peduli siapapun pelaksana untuk memutar roda kompetisi nantinya. Terpenting adalah bagaimana klub-klub Indonsesia Super League (ISL), Divisi Utama, Divisi Satu kebawah juga ikut merasakan panasnya kompetisi. ”Pastinya kita sebagai pemain pengin cepat-cepat ada kompetisi yang emang mencakup semuanya mulai dari ISL, Divisi Utama kebawah,” ucapnya.
”Selama ini kan turnamen-turnamen cuma yang di ISL saja, yang di divisi utama enggak ada aktivitas dari Maret (2015) sampai sekarang, jadi turnamen yang saat ini seolah-olah hanya menutup masalah gede,” terangnya.
Ia menegaskan, meski dilema akan pemboikotan turnamen oleh Asosiasi Pemain Sepak Bola Profesional Indonesia (APPI), namun Tony ingin merasakan kembali berkompetisi. ”Intinya kita pemain ingin berkompetisi yang jelas dan lagi bukan untuk tim ISL saja tapi semua,” tegasnya. (smm/asp)