[tie_list type=”minus”]Di Jatim Hanya Mojokerto Tidak Berstatus KLB[/tie_list]
bandungekspres.co.id– Penyakit demam berdarah (DBD) masih menjadi ancaman besar bagi masyarakat Indonesia. Apalagi, pada musim penghujan. Ancaman itu semakin diperburuk dengan status endemik DBD di 424 kabupaten/kota di Indonesia.
Artinya, penyakit DBD secara menetap berada dalam lingkungan masyarakat di kabupaten/kota tersebut. Dengan demikian, penyakit DBD lebih mudah muncul kembali.
Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Mohammad Subuh mengatakan, daerah-daerah tersebut menjadi endemik lantaran sistem drainase yang buruk. Banyak selokan mampet dan menjadi sarang nyamuk.
Selain itu, perubahan dan manipulasi lingkungan karena urbanisasi dan pembangunan pemukiman juga turut ambil andil. Sebab, sering kali bekas galian tak kembali ditutup dan akhirnya menjadi tempat kembang biak vektor pembawa virus dengue.
Salah satu contoh daerah endemik DBD adalah daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek). ”Hingga saat ini, dari 424 kabupaten/kota itu belum ada yang dinyatakan bebas (endemik, Red). Tapi yang lain juga berpotensi,” ungkap Subuh dalam temu media, di Kantor Kemenkes, kemarin (12/1).
Oleh karenanya, masyarakat diimbau untuk terus waspada pada musim hujan saat ini. Sebab populasi nyamuk Aedes Aegypti akan semakin meningkat.
Kondisi ini, kata dia, juga harus menjadi perhatian serius dari pemerintah daerah (pemda) masing-masing. Pemda harus segera melakukan Kegiatan Gerakan Serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara continue.
Program PSN ini dipercaya bisa menurunkan bahkan mencegah penyakit DBD di masyarakat. Dia mencontohkan saat terjadi kejadian luar biasa (KLB) DBD di Jawa Timur pada tahun lalu. Menurutnya, dari 38 kabupaten/kota di bawah pimpinan Soekarwo, hanya satu kabupaten yang tidak menyandang status KLB tersebut.
”Hanya Kabupaten Mojokerto yang tidak dinyatakan KLB DBD. Ini karena pemdanya rajin melakukan program PSN setiap minggunya,” jelas Subuh.
Subuh mengaku, kasus DBD sudah terjadi sejak 40 tahun lalu. Namun hingga kini, pemerintah belum secara utuh mengatasi kasusnya karena terus berulang tiap tahunnya.