Soal ketahanan pangan dan makanan bergizi, Tomy memang terkesan memiliki perhatian serius. Misalnya, melalui Artha Grahanya, dia sengaja membuat bisnis pengembangan padi hibrida. Bisnis tersebut dimaksudkan untuk mendukung peningkatan produksi padi dalam negeri.
Di sela perbincangan dengan koran ini, Tomy juga memilih menyantap kudapan-kudapan sehat. Dia lebih memilih ngemil polo pendem seperti kacang dan ketela rebus daripada burger mini yang juga ada di hadapannya.
TW berpandangan, pengeroposan anak muda suatu bangsa dilakukan dengan menghajar generasi bawahnya (usia balita). Gizi yang tidak layak sejak kecil membuat anak-anak akan tumbuh dengan mental yang lemah. Gampang frustrasi, gampang menyerah, serta berpikir instan. ”Mereka bakal jadi generasi can’t enjoy the pain and pressure,” tegas pria 57 tahun itu.
Fenomena gizi memang terlihat sebagai persoalan sederhana. Namun, menurut TW, jika tidak diperbaiki, akan menjadi masalah besar bagi bangsa. ”Generasi yang seperti itu bisa menjadi musuh dari dalam. Mereka mudah diiming-imingi sesuatu yang bertentangan dengan ideologi bangsa,” tuturnya.
Tomy mencontohkan bagaimana sepuluh tahun terakhir ini di Indonesia ada organisasi pemuda yang melaksanakan kegiatan dengan membawa golok. Juga perkelahian fisik di ruang-ruang intelektual seperti rapat-rapat DPR. Tomy mengajak masyarakat melihat hal tersebut sebagai ancaman yang tidak sehat.
Jika pemerintah sudah punya konsep yang baik terhadap SDM melalui peningkatan gizi masyarakatnya, Tomy yakin program-program ekonomi kerakyatan bakal berjalan dengan baik. ”Kalau soal pengusaha menengah dan atas sih biarin aja. Asal pemerintah bisa menjamin kepastian hukum yang adil dan transparan,” imbuhnya.
Tomy mengatakan, ekonomi kerakyatan juga harus didukung program-program yang menjadikan masyarakat sebagai entrepreneur berdaya saing. ”Sejak dini pendidikan harus mengarahkan pada pelatihan entrepreneurship,” tegasnya.
Semangat menumbuhkan entrepreneurship alias kewirausahaan, menurut Tomy, harus ditanamkan sejak kecil. Hal itu juga harus dibarengi penancapan semangat kebangsaan yang mulai luntur. Sebab, menurut dia, jika tidak memiliki budi pekerti dan wawasan kebangsaan yang tinggi, seseorang lebih mudah dirayu untuk dibajak negara lain.
Tomy berharap pemerintah dan aparat penegak hukum membuat kajian agar dana-dana bantuan masyarakat akar rumput tidak mudah dimainkan. Dia berharap dana bantuan seperti itu bisa menjadi senjata pengentasan pengangguran, lahan tidur, dan kebodohan. ”Program prorakyat selama ini sebenarnya banyak, tapi pertanyaannya: nyampai gak itu?” ucapnya.