Sejam Seberangi Sungai sembari Mengelus si Raja Hutan

Selama sejam menyeberangi sungai, Yanti hanya ditemani si tukang perahu. ”Saya harus terus memantau kondisi harimau sembari memegangi dan mengelusnya,” ungkapnya.

Dua ”Richard Parker” itu memang dalam kondisi dibius. Sebab, tak mungkin menangani mereka bila tidak dalam kondisi demikian. Pembiusan dilakukan sebelum mereka dinaikkan perahu.

Yanti harus terus berada di dekat mereka karena dikhawatirkan terjadi komplikasi selama si binatang terbius. Entah karena cuaca panas atau penyebab lain. ”Jadi, kondisinya harus dipantau setiap lima menit. Karena itu, harimaunya tak boleh dikerangkeng setelah dibius,” terang lajang berusia 39 tahun tersebut.

Tak ada kegentaran waktu itu. Justru sebaliknya, kegembiraan yang meluap. Sebab, dia bisa memindahkan binatang yang di­sayanginya itu ke tempat yang lebih baik. Tempat yang lebih aman.

Di lain kesempatan, untuk menyelamatkan harimau yang terjerat, Yanti bersama tim harus menempuh perjalanan selama tiga hari. Dua hari di antaranya berada di medan yang cukup berat di Kabupaten Mukomuko, Bengkulu.

Kemudian, pada 2014, dia bersama tim harus membius harimau yang sudah terlepas dari jerat. Jadilah Yanti dan tim harus mengintai harimau yang bersembunyi di dalam semak belukar tersebut.

Dengan risiko, merekalah yang justru diintai si raja hutan. Sebab, di luar si harimau yang diintai itu, ada dua harimau lain yang berkeliaran di hutan di Kabupaten Kaur tersebut.

”Kami juga pernah berjalan diikuti harimau dalam jarak dekat saat penanganan konflik harimau di wilayah Bengkulu Utara,” ujar Yanti.

Adalah Born Free, film Inggris rilisan 1966, yang menumbuhkan kecintaan Yanti kepada satwa liar. Film tersebut bercerita tentang sepasang suami istri warga Inggris yang merawat seekor singa sejak kecil sebelum kemudian melepaskannya kembali di Kenya ketika telah dewasa.

Nah, di antara semua satwa liar, harimau paling menarik perhatian Yanti. Selain karena bentuk fisiknya yang gagah, perilakunya sangat menarik. Perhatian khusus itu kemudian membulatkan tekad Yanti untuk menjadi dokter hewan.

Sejak 2002, Yanti tercatat menjadi relawan dokter hewan di Pusat Penyelamatan Satwa Petungsewu di Malang, Jawa Timur. Kemudian, dia ditunjuk menjadi koordinator medis sampai Maret 2004.

Tinggalkan Balasan