Tiap Hari Bisa Produksi Tiga Ribu Roti

Andika mengatakan, produksi itu dimulai sejak Mei 2012. Saat itu, Lapas Narkotika di bawah kepemimpinan Edi Kurniadi. Ide tersebut tercipta karena ingin mempunyai gebrakan yang bisa diakui masyarakat umum. Meski di dalam penjara, tidak ada batasan berkreativitas. Bahkan, kreativitas tersebut bisa menjadi bekal ke depan warga binaan setelah bebas. Selain itu, banyak warga binaan yang dahulu bekerja di restoran makanan.

Berbekal modal itu, mantan Kalapas tersebut memberanikan diri memproduksi roti. Yakni, roti tersebut dibuat langsung oleh warga binaan tanpa campur tangan pegawai lapas. Awalnya, mereka menggunakan satu mesin oven bakar dan hanya memproduksi roti sobek dengan rasa cokelat. ”Roti tersebut sebagai menu makan warga binaan Lapas Cipinang,” kata Andika.

Di bawah kepemimpinan Ages Puspasari, lambat laun keterampilan warga binaan semakin baik. Roti tersebut tidak hanya mempunyai rasa cokelat, namun juga rasa keju, nanas, kelapa, dan strawberry. Kemudian, untuk lebih membuat menarik perhatian, roti dibuat dengan bentuk yang unik dan bagus seperti roti buatan brand terkenal.

Karena usaha itu maju pesat, pihak lapas memberanikan diri mempromosikan produknya ke rutan (rumah tahanan negara) dan lapas yang lain.

Selain itu, mereka mempromosikan produknya ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkum HAM) agar bisa memakai hasil karya anak binaan sebagai menu makanan jika ada acara.

Karena mempunyai rasa dan kualitas baik, roti produk warga binaan itu bisa diterima. ”Sehari minimal 3.000 roti bisa diproduksi,” ujarnya saat di pabrik roti.

Karena banyak pesanan, pihak lapas merekrut pegawai dan menambah mesin produksi. Karyawan ditambah menjadi sebelas orang dan dilengkapi tiga mesin oven dengan kapasitas 135 roti sekali buat Dengan begitu, semua pesanan bisa terlayani dan tidak ada yang tercecer.

Meningkatnya pesanan secara otomatis mennambah pendapatan. Rata-rata setiap roti dijual Rp 1.000-Rp 5.000 sesuai dengan bentuk dan rasa. Dalam sehari, keuntungan Rp 3 juta-Rp 4 juta didapat. Dengan keuntungan tersebut, para pegawai yang merupakan warga binaan mendapat bayaran setiap bulan. ”Setiap bulan warga mendapat upah Rp 120 ribu plus makan roti,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan