Kanya Puspokusumo tanpa Lelah Sosialisasikan Multipel Sklerosis

”Pada 2004 itu saya ada masalah rumah tangga, saya bercerai. Ternyata stres menjadi pemicu besar kambuhnya penyakit saya,” kenangnya.

Namun, momen tersebut bak rahmat terselubung bagi Kanya. Begitu sembuh dari lumpuh, dia mulai mencari tahu cara mengendalikan penyakit, terutama dari stres berlebihan. Dia pun mengikuti apa yang dinamakan mindful therapy.

Terapi tersebut cukup membantunya mengatasi stres. ”Sejak mengikuti terapi itu, saya jadi bisa mengendalikan diri lebih baik dari stres. Saya sadar saya harus bisa menerima dan mengelola penyakit MS ini,” katanya.

Semua pengalaman itulah yang kemudian dia bagi lewat yayasan. Kerja keras Kanya tersebut ternyata mendapat perhatian dari MSIF yang berbasis di London. Setahun setelah yayasan berdiri, MSIF menunjuk Kanya sebagai anggota Dewan Internasional MSIF.

Misinya sekarang adalah mengupayakan agar penyakit MS itu ter-cover dalam program BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial). Sebab, selain biaya obatnya mahal, juga tidak menyembuhkan. Hanya mengurangi gejala dan menjaga agar tidak sering kambuh dan tidak semakin parah.

Kanya sendiri sejak lima tahun lalu terbebas dari ketergantungan obat. Meski, diakui, sesekali penyakitnya itu kambuh. ”Intinya, MS ini harus diterima sebagai bagian dari hidup kita. Itu yang membuat saya berhasil ‘menenangkan’ penyakit ini sehingga amat jarang kambuh,” ujarnya. (*/c10/ttg/rie)

Tinggalkan Balasan