Ingin Kuatkan Pembunuh Putrinya

Elisabeth Diana Dewayani, Ibunda Mendiang Ade Sara Angelina Suroto

Kesabaran paripurna ditunjukkan Elisabeth Diana Dewayani. Dengan tegar, perempuan yang harus kehilangan anak satu-satunya itu menghadapi dua pembunuh anaknya. Bukannya marah atau balas dendam. Dia justru memilih untuk memaafkan. Bahkan berniat menguatkan anak-anak yang sudah mengirimkan duka dalam kehidupannya.

Gunawan, Jakarta

ade sara
Jawapos

SUDAH IKLAS: Elisabeth Diana Dewayani bersama Suroto saat memperlihatkan album foto mendiang Ade Sara.

POHON Natal sederhana tampak terpajang di sudut ruang tamu. Di atasnya, terpasang pigura berbentuk persegi. Dalam pigura, terdapat empat frame foto yang memuat gambar seorang gadis manis dengan berbagai ekspresi. Foto gadis itu tidak lain adalah Ade Sara Angelina Suroto, mahasiswi yang dibunuh mantan kekasihnya pada Maret 2014.

Tentu siapa pun tidak mudah melupakan kesedihan ditinggal anak satu-satunya dengan cara yang sangat tragis. Itulah yang sebenarnya dirasakan Elisabeth Diana Dewayani dan Suroto. Meski memendam sakit yang luar biasa, Elisabeth dengan tulus memaafkan pembunuh anaknya, Ahmad Imam Al Hafid dan Assyifa Ramadhani (kekasih Hafid). Dia dengan tulus mengampuni dua remaja sadis tersebut.

Bahkan, sampai detik ini, Elisabeth ingin bertemu dengan Hafid dan Assyifa yang kini berada di balik jeruji penjara. Dia ingin menguatkan keduanya yang divonis Mahkamah Agung dengan hukuman seumur hidup. ”Saya ingin sekali bertemu dengan Hafid dan Assyifa. Saya ingin memotivasi mereka untuk kuat jalani cobaan dan tidak merasa hancur karena hidup di dalam penjara,” ujarnya.

Elisabeth sangat khawatir dengan masa depan keduanya. Yang ada di benak Elisabeth tentu bukan hal yang lumrah. Sebab, dia sebenarnya tengah menghadapi badai kehidupan yang luar biasa. ”Saya dan suami sebenarnya sudah sempat ke lapas, tapi ternyata tidak boleh besuk pada Sabtu,” kata perempuan kelahiran Kabupaten Kepulauan Morotai tersebut.

Elisabeth dan Suroto tidak mungkin membesuk Hafid dan Assyifa pada hari kerja. Sebab, keduanya memiliki rutinitas pekerjaan di kantor masing-masing. Elisabeth sehari-hari bekerja di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat. Suroso merupakan karyawan di sebuah pabrik pengolahan margarin di Pulo Gadung, Jakarta Timur.

Tinggalkan Balasan