Indri, anak keduanya, kadang ikut berkeliling bersamanya sesudah sekolah. Bocah perempuan kelas V SD tersebut bertugas merapikan buku-buku yang selesai dibaca anak-anak.
Namanya anak-anak, kendati sudah sering diingatkan, kerap tak disiplin menjaga kerapian buku yang dibaca. Sebagian bahkan tanpa sengaja menghilangkan buku yang dipinjam. Namun, tak sekali pun Ruri marah. ”Kalau hilang, saya hanya bisa memberikan nasihat agar jangan sampai terulang,” katanya sembari tersenyum.
Kini peminat Kuda Pustaka merambah kelompok usia yang lebih luas. Setiap kali pulang berkeliling, misalnya, belasan orang, mulai anak-anak hingga dewasa, sudah menunggu Ruri.
Mereka juga bisa membaca atau meminjam buku di rumah Ruri di luar Selasa, Rabu, dan Kamis. ’’Saya senang semakin banyak yang suka membaca. Rumah saya juga jadi ramai terus,” katanya.
Kepala Desa Serang Sugito tak kalah senang. Sebab, Kuda Pustaka telah banyak membantu warga. Banyak petani yang belajar cara beternak atau menanam sayur yang baik dari buku-buku yang dipinjam dari punggung si Luna. ”Desa juga menawarkan agar buku koleksi di perpustakaan desa bisa dibawa untuk dipinjamkan,” katanya.
Tawaran tersebut tentu disambut Ruri dengan tangan terbuka. Semakin banyak koleksi, semakin banyak pula ilmu yang bisa disebarkan. Namun, dia berharap bisa menampung semua buku yang dipercayakan kepadanya itu di sebuah perpustakaan mini.
Dia bermimpi perpustakaan mini tersebut bisa dibangun di depan rumah sehingga para peminat buku bisa lebih tenang saat membaca atau meminjam. Selain itu, Ruri berencana membuka pelatihan komputer gratis di rumahnya. ”Ada yang ingin membantu 10 komputer untuk belajar masyarakat. Saya sendiri juga ingin belajar karena belum bisa komputer,” katanya. (*/JPG/c6/ttg/vil)