Pengamat terorisme Ali Fauzi menganalisa, bom yang meledak beberapa bulan terakhir di pinggiran Jakarta sengaja dibuat untuk memancing reaksi polisi. Bukan bertujuan membunuh kelompok-kelompok tertentu seperti sasaran teroris beberapa tahun silam. ”Kalau saya lihat bom yang meledak akhir-akhir ini kelasnya ecek-ecek. Padahal kalau mau membuat bom dengan daya ledak bisa juga,” ujar kombatan jebolan Kamp Mindano, Filipina itu.
Pelaku sengaja tidak membuat bom dengan daya ledak besar karena memang tidak bertujuan membunuh. ”Kalau banyak yang terluka dan meninggal, masyarakat akan membenci. Padahal tujuan dari pelaku ini cuma ngetes polisi,” ungkap adik dari terpidana mati kasus terorisme, Amrozi tersebut.
Mengapa sasaran polisi? Ali Fauzi mengatakan karena para pelaku memang masih menyimpan dendam pada operasi-operasi terorisme yang dilakukan polisi. ”Dari sejumlah operasi belakangan ini kan teman-teman mereka (sesama terorisme) banyak yang tertangkap dan terbunuh,” terangnya.
Ali menduga para pelaku peledakan belakangan merupakan pemain baru. Operasi peledakan di sejumlah pinggiran kota ini akan menjadi lahan tes kemampuan bagi pemain-pemain baru. Oleh karena itu jika polisi tidak berhasil menangkap bukan tidak mungkin kejadian serupa bakal berlangsung di tempat lain. (idr/gun/rie)