Lebih Pertimbangkan Nyawa Daripada Keuntungan

[tie_list type=”minus”]Profesor Dr I Gede Wenten, Pencipta Fresh On 2015 Membrane untuk Korban Asap[/tie_list]

Di tengah ancaman bahaya asap yang sudah menyelimuti tiga per empat kawasan di Indonesia, secercah harapan datang dari Cimahi. Dia adalah Prof Dr I Gede Wenten, pencipta alat peyaring udara untuk menangkis bahaya asap.

Eriek Taopik, Cihanjuang, Cimahi

[divider style=”dotted” top=”20″ bottom=”20″]

Profesor Dr I Gede Wenten-Pencipta Fresh On 2015
FEDRIK TARIGAN/ JAWA POS
MUTAKHIR: Prof Dr I Gede Wenten (kanan) saat memeragakan kinerja membrane.

Bagi seorang musisi, satu tarikan nafas boleh jadi sebuah nada. Tapi bagi korban paparan asap kebakaran lahan, satu tarikan nafas taruhannya nyawa. Ungkapan tersebut mungkin tidak berlebihan. Sebab, tidak sedikit korban paparan asap di Sumatera dan Kalimanttan yang harus berjuang melawan asap dan ancaman bahaya ISPA di tengah kebakaran lahan.

Prof Dr I Gede Wenten sadar betul, dia tidak banyak waktu. Makanya saat pulang ke Cimahi dan berjanji untuk wawancara pun, dia meminta Bandung Ekspres untuk tepat waktu datang ke rumahnya di bilangan Jalan Cihanjuang, Kota Cimahi. ”Jam 9 tepat ya. Waktu saya tidak banyak,” kata dia dalam saluran telepon baru-baru ini.

Saat setengah jam datang lebih awal datang ke rumahnya, Wenten pun tetap meminta tepat waktu. Dia termasuk orang yang on time, harus pas. ”Jam 10 saya ada rapat, setelah itu saya langsung ke Jakarta lagi ke Kementerian,” kata dia membuka pembicaraan di rumahnya kemarin (28/10).

Dengan agak tergesa-gesa, dia langsung sedikit mempresentasikan beberapa alat yang berkaitan dengan membrane yang sudah dipatenkan, baik dalam skala nasional mau pun internasional. Jumlahnya lumayan, ada 15 unit yang sudah memiliki hak paten.

Hak paten itu di antaranya bidang bioteknologi membrane, membran yang mampu menyerap dan menfiltrasi segala macam limbah dari yang paling ringan sampai yang paling beracun sehingga bisa diminum.

Pria yang meraih PhD (Biotechnology DTU-DENMARK 1990 and 1995 itu mengaku, sudah 25 tahun berkecimpung dalam dunia membrane. Bahkan, dia pernah merasakan gurihnya bekerja di Belanda untuk memproduksi membrane untuk salah satu perusahaan di Negeri Kincir Angin itu.

Tinggalkan Balasan