Kimmy menyatakan, 60 persen pemain A O Performance merupakan lulusan sekolah sirkus, sedangkan sisanya menguasai seni berpindah tempat asal Prancis, parkour. ”Semua dari Vietnam,” ungkap perempuan asli Vietnam itu.
Kimmy mengungkapkan, selain A O Show, A O Performance punya dua pertunjukan lain. Yaitu, The Mist dan The Village. The Mist diperankan 20 pemain. Menceritakan kebudayaan bercocok tanam padi masyarakat Vietnam.
Dalam pertunjukan itu, banyak disuguhkan adegan tarian modern perpaduan antara balet dan tarian kontemporer. Menurut Kimmy, tari yang disuguhkan memang bukan tarian tradisional Vietnam, melainkan kreasi A O Performance.
”Sebab, Vietnam tidak seperti Indonesia yang punya banyak tarian tradisional,” terangnya.
Sementara itu, The Village yang juga diperankan 20 orang menggambarkan kehidupan masyarakat di desa. Cerita itu mirip dengan A O Show. Namun, bedanya, yang dipotret adalah kehidupan masyarakat di pedalaman Vietnam Utara.
Pertunjukan itu hanya menggunakan bambu dan gerakan akrobatik. Tanpa keranjang yang berbentuk seperti wakul. Selain itu, The Village menceritakan sebatas kehidupan warga Vietnam Utara di desa. ”Tanpa cerita migrasi seperti A O Show,” jelasnya.
Persamaan tiga cerita tersebut adalah penggunaan bambu. Kimmy menjelaskan, bambu sudah menjadi bagian yang tak terpisah dari sejarah Vietnam. Tanaman tersebut digunakan semua orang.
Yang pasti pula, apa pun ceritanya, pertunjukan A O Performance tak mengandung muatan politis. Bukan juga ajang mengkritik kebijakan pemerintah di negeri sosialis itu.
Kimmy memastikan, yang mereka sajikan murni potret nyata kehidupan masyarakat Vietnam.”Sebab, kami ingin menampilkan pertunjukan yang membuat orang senang, bukan sedih,” ujarnya. (*/c5/ttg)