Para pemuda Palestina yang melawan pendudukan Israel itu memang memilih pisau sebagai senjata utama mereka. Sebab, pisau mudah dibawa ke mana-mana, termasuk di kerumuman massa. Yang dibawa tidak mungkin senjata api karena pasti langsung terlacak dan ketahuan. Mendapatkan senjata pun cukup sulit karena saat ini para pelaku penusukan bukanlah anggota Hamas, melainkan penduduk biasa yang sudah muak dengan proses perdamaian yang tidak kunjung disepakati dan kekerasan Israel yang terus terjadi.
Pemerintah Israel pun kembali menerapkan kebijakan pembatasan untuk memasuki Masjid Al Aqsa. Hanya orang-orang berusia di atas 40 tahun yang boleh memasuki masjid tersebut. Pasukan keamanan Israel juga diterjunkan besar-besaran di Jerusalem sejak Minggu (11/10). Sebanyak 300 tentara diperbantukan untuk mendukung kekuatan pasukan kepolisian. Kali terakhir Israel menempatkan pasukan sebanyak itu untuk menjaga area Jerusalem adalah ketika intifadah kedua.
Terpisah, Badan Keamanan PBB berencana menggelar rapat darurat untuk membahas peningkatan ketegangan di Israel tersebut. Rapat itu digelar atas permintaan Jordania. Sejak kericuhan mencuat awal bulan ini, tujuh warga Israel terbunuh karena kekerasan yang terjadi terus-menerus. Di pihak Palestina ada 32 korban jiwa. Ribuan orang juga terluka. Pada intifadah pertama (1987-1993) dan kedua (2000-2005) ada ribuan orang yang tewas. (AFP/Reuters/BBC/CNN/sha/c20/ami)