[tie_list type=”minus”]Belanda 2 vs 3 Republik Ceko[/tie_list]
AMSTERDAM – Ketika Belanda kalah 0-1 dari Islandia serta digelontor Turki tiga gol tiga hari berselang, publik Negeri Dam sebenarnya sudah pasrah menerima kenyataan bahwa tim kesayangan mereka bakal sulit untuk mencatatkan partisipasi kesepuluh di Euro Prancis tahun depan nanti.
Puncaknya adalah ketika di laga pamungkas skuad besutan Danny Blind itu harus kalah 2-3 dari Republik Ceko di Amsterdam Arena dinihari kemarin sementara Turki menang tipis 1-0 atas Islandia di Torku Arena.
Para pakar sepakbola pun tidak kaget dengan fakta itu. Pandit Sky Sports Tony Gale dalam komentarnya sampai menyebut bahwa tim Belanda yang sekarang adalah tim yang paling buruk. Karena itu, apa yang salah?
Jika menyimak analisis yang dipaparkan oleh dua jurnalis sepakbola Belanda, Pieter Zwart dan Michiel Jongsma, bisa dilihat bahwa akar masalahnya sudah terjadi ketika KNVB (PSSI-nya Belanda) menunjuk pelatih sepeninggal Louis Van Gaal yang hijrah ke Premier League bersama Manchester United musim ini.
Guus Hiddink pun dipanggil untuk menjalani periode keduanya di Belanda setelah yang pertama terjadi pada 1994-1998 silam. Banyak hal yang menjadi pertimbangan. Namun, yang paling diingat tentu saja keberhasilan mengantarkan Rusia sebagai semifnalis di Euro 2008.
”Namun, ekspektasi yang disematkan kepada Belanda banyak berubah sejak Piala Dunia ketika Hiddink dikontrak pada Maret 2014 lalu,” ujar Jongsma yang bekerja pada Opta Amsterdam seperti dilansir Sky Sports.
Ekspektasi yang dimaksud terletak pada gaya permainan serta pendekatan yang dilakukan oleh Hiddink ketika membesut Belanda. Jongsma mencontohkan ketika Van Gaal mewarisi Hiddink dengan formasi 5-3-2.
Ketika Van Gaal membawa Belanda menjadi peringkat ketiga di Piala Dunia Brasil tahun lalu, pelatih berjuluk Tulip Besi itu begitu gemar menggunakan 5-3-2 yang mengalami perkembangan menjadi 3-5-2 dengan menggeser dua fullback menjadi wing back. Sistem Total Football dengan formasi 4-3-3 pun ditinggalkan.
Tentu, formasi yang cenderung bertahan itu dipakai oleh Van Gaal bukan tanpa alasan. Menurut Jongsma, 4-3-3 baru efektif berjalan ketika Kevin Strootman bisa bermain karena covering-nya yang cukup bagus di lini tengah.