[tie_list type=”minus”]Hingga 50 Persen Akibat Musim Kemarau[/tie_list]
CISARUA – Produksi jamur tiram di Kabupaten Bandung Barat menurun hingga 50 persen. Hal tersebut akibat kemarau panjang yang terjadi. Menurut salah satu satu petani jamur tiram, Hasan, 30, biasanya dalam sehari bisa dia bisa memproduksi jamur sebanyak 100 kilogram. Namun saat ini, hanya bisa memproduksi sebanyak 50 kilogram.
”Walaupun ruangan lembab, tapi cuaca cukup panas membuat baglog kering,” ucap Hasan kepada Bandung Ekspres di Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Rabu (07/10).
Karena kurangnya produksi jamur dan permintaan jamur yang tinggi mengakibatkan harga jamur menjadi tinggi. Menurutnya, keadaan tersebut terjadi sejak lima bulan terakhir. Saat ini, harga jamur mencapai Rp 12ribu per kilogram.
Diakui olehnya, para bandar mengeluhkan kurangnya jamur dari petani. Akan tetapi, para petani tidak bisa berbuat apa-apa. ”Tempat budidaya jamur sengaja dibuat lembab agar produksi jamur tinggi,” katanya.
Sebelum kemarau, harga jamur hanya Rp 7ribu per kilogram. Akan tetapi, Harga yang rendah malah membuat produksi jamur sangat tinggi. Tingginya harga di musim kemarau, sebanding dengan harga jamur di musim hujan.
Sementara itu, kerugian yang dialami petani tidak begitu parah. Yang parah saat gagalnya penanaman. ”Kalau yang paling parah saat membuat jamur. Saat itu petani sangat merugi sangat besar,” katanya.
Di tempat yang berbeda, salah satu petani jamur tiram di Lembang, Eden mengaku mengalami hal serupa. Penurunan produksi jamur mencapai 60 persen. ”Ini kemarau terparah yang terjadi di Bandung Barat. Walaupun kemarau, biasanya produksi jamur tidak berpengaruh apa-apa,” katanya.
Saat ini, para pengepul memaksa para petani untuk memproduksi jamur lebih banyak. Dia hanya bisa berharap hujan bisa segera turun. Sehingga, produksi jamur kembali seperti biasa. (mg5/fik)