Pada hari H screening, mereka disuguhi menu terbaik dari Hotel JW Marriott Manila. Menurut Natalia, salah seorang pengemis sampai berucap, ”Rasanya saya nyaris mati karena saking enaknya makanan ini.”
Ucapan itu tidak berlebihan. Bayangkan saja, sehari-hari mereka harus mengais makanan dari tempat sampah.
Yang dilakukan Natalia itu benar-benar menyentuh hati kaum unfortunate. Seusai screening, Natalia dibuat menangis sampai bergetar saat ada yang mendatangi dan mencium lututnya sambil mengucapkan terima kasih. Bagi mereka, kesempatan seperti itu, menonton film di bioskop, apalagi film tentang kaum unfortunate, dan diperlakukan bak tamu VIP merupakan kesempatan sekali seumur hidup.
Semalam sebelumnya, mereka tidur dengan beralas kardus di tengah hujan deras yang melanda Manila. Lalu, keesokan paginya mereka menghadiri acara screening.
Bagi sebagian orang, kepedulian Natalia terbilang ”gila”. Tapi, perempuan berkacamata itu merasakan kebahagiaan yang tak terkira. Dia masih ingat, dalam masa kalut karena mendampingi putrinya dirawat di RS Mount Elizabeth Singapura sembilan tahun silam, banyak yang mengulurkan bantuan. ”Saya nyaris jadi gelandangan di Singapura. Makan digratisin di kantin rumah sakit,” kenangnya.
Sejak kepergian sang putri, dia mengalihkan kesedihan dengan membahagiakan banyak orang lain melalui Yayasan Maria Monique dan membangun 80 happy room yang tersebar di Indonesia, Thailand, Vietnam, India, Afrika Selatan, Haiti, Prancis, AS, dan negara-negara lain. Sampai saat ini, sudah 30 ribu orang yang dibahagiakan.
Banyak yang penasaran dan ingin menyaksikan film dokumenter tentang Maria Monique serta kisah para unfortunate di 36 negara. Namun, film itu memang hanya diputar sekali di tiap negara. Setelah Jakarta Juli lalu, kemudian Manila, selanjutnya beberapa negara menyusul. ”Dengan izin Tuhan, rencananya screening di Beijing, Brasil, dan Singapura,” ucap dia.
Dia juga tidak berniat menayangkannya di YouTube. ”Tidak, kalau seperti itu, akan jadi project duniawi,” terang Natalia. (*/c11/sof/rie)