Di tempat yang sama, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Suahasil Nazara menuturkan, penguatan nilai tukar rupiah tidak lepas dari peran pemerintah. Menurut dia, dua paket kebijakan yang sudah diluncurkan pemerintah, memberikan dampak bagi menguatnya rupiah.
”Orang bisa melihat dari paket kebijakan I dan II ini, ada beberapa yang benar-benar diminati pengusaha. Terlihat kan ada perbaikan insentif dan iklim usaha. Ini tanda bagaimanapun juga pengaruh dari regional itu ada,” katanya saat ditemui di gedung DPR RI, kemarin.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Mandey menilai kurs rupiah yang menguat mendapat dorongan dari paket kebijakan ekonomi yang gencar dikeluarkan pemerintah. Dikabarkan paket jilid III akan fokus untuk mendorong daya beli masyarakat dengan menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM). ”Pasar sepertinya menyambut positif berita itu,” katanya.
Dia juga menilai penguatan rupiah juag menunjukkan mulai adanya optimisme pasar terhadap perekonomian domestik. Dia berharap kondisi terus berlanjut karena pemerintah masih menyiapkan beberapa paket kebijakan lain untuk memperbaiki kondisi ekonomi. ”Kami cuma berharap rupiah terus menguat dan stabil di angka tertentu, atau kembali seperti sebelumnya,” kata Roy.
Secara umum dia mengapresiasi usaha pemerintah yang telah jor-joran mengeluarkan paket kebijakan. Harapannya, rupiah terus menguat hingga paket kebijakan jilid III dikeluarkan Kamis (8/10) mendatang. ”Kalau memang nanti BBM jadi diturunkan, atau mungkin ada kebijakan lain kami sangat senang sekali. Karena itu akan mendongkrak daya beli masyarakat,” sebutnya.
Dia menilai pemerintah sudah tahu apa yang harus dilakukan untuk mendongkrak daya beli masyarakat. Oleh sebab itu, dia berharap dalam paket kebijakan jilid III nanti pemerintah kembali memiliki resep cespleng untuk meningkatkan daya beli. ”Sebenarnya pemerintah sudah tahu kalau konsumsi masyarakat itu penting karena menyumbang 54,6 persen dari PDB (product domestic bruto),” tandasnya.
Menurut dia, penguatan rupiah akan sangat berpengaruh pada harga barang konsumsi. Sebab produsen masih banyak yang tergantung pada bahan baku impor. ”Otomatis karena Indonesia bahan baku masih impor, kapas, bawang putih, kedelai itu diimpor jadi kalau dolar naik harganya juga akan naik. Sekarang kalau dolar turun saya harap harganya bisa disesuaikan,” tukasnya.