AKSI hewan pintar, seperti lumba lumba, burung kakak tua, musang, beruang dan lain-lainnya selalu menghibur siapa saja yang menyaksikannya. Kelihaian hewan-hewan ini dalam mengikuti perintah pelatih membuat penonton terpukau. Tapi, tahukah Anda, jika melatih hewan itu tak semudah yang disaksikan saat pentas?
Sang pelatih hewan pintar Haryadi menuturkan, melatih hewan memerlukan kesabaran dan keuletan. Pasalnya, naluri hewan sangat sensitif. Biasanya, hewan hanya akan turut pada satu atau dua orang saja.
Haryadi mengungkapkan, proses melatih hewan tidak cukup satu tahun. Menurut dia, waktu yang dibutuhkan agar hewan benar-benar nurut tergantung tingkat kecerdasan hewan itu sendiri. Masing-masing hewan memiliki tingkat kecerdasan berbeda.
”Misalnya lumba-lumba, hewan ini sulit dilatih. Butuh minimalnya tiga tahun agar lumba-lumba bisa nurut dan siap pentas. Berbeda lagi dengan berang-berang yang butuh waktu minimalnya satu tahun, kakak tua satu tahun dan beruang dua tahun,” ujar Haryadi kepada Bandung Ekspres usai menggelar pertunjukan di Cilengkrang 2, Jalan A.H. Nasution, belum lama ini.
Hewan hasil kembang biak di penangkaran akan lebih mudah dilatih jika dibandingkan dengan hewan liar dari hutan. Pasalnya, hewan dari luar berkarakter buas sehingga perlu dijinakan terlebih dahulu sebelum dilatih. Dia mencontohkan, lumba-lumba yang didapat dari hasil tangkapan nelayan berbeda dengan lumba-lumba penangkaran.
Berdsarkan pengalamannya, melatih hewan harus intens setiap hari, bisa dua kali atau tiga kali. Hal ini untuk mengingatkan hewan agar kode-kode yang ditunjukan pelatih menempel di memori otaknya.
Setiap kali latihan, biasanya pelatih mengulang-ngulang gerakan tangan sebagai kode, kemudian hewan itu diarahkan untuk mengikuti gerakan tangan pelatih. Menurut dia, satu gerakan tangan itu bermakna satu gerakan hewan.
”Triknya kita lakukan satu gerakan tangan dan bunyi peluit, lalu kita bentuk gerakan hewannya seperti apa. Untuk membentuk satu gerakan hewan saja harus sabar, butuh waktu lama,” ujar Haryadi.
Sang pelatih harus mengenakan pakaian yang sama setiap kali latihan. Misalnya, saat pertama kali melatih hewan, sang pelatih menggunakan baju merah berkerah, maka latihan-latihan berikutnya hingga pentas harus pakai seperti baju itu.