[tie_list type=”minus”]Coking Coal (Batu Bara Kokas)[/tie_list]
PELAKU ekonomi biasanya memanfaatkan masa sulit untuk konsolidasi. Pabrik ditutup untuk dilakukan perbaikan dan perawatan mesin. Dari pada terus berproduksi tapi rugi karena sulit menjual. Karyawan dikerahkan untuk perbaikan lingkungan. Atau dididik ulang. Atau diberi ketrampilan yang berbeda. Dari pada pura-pura sibuk. Beruntung sekali bagi pengusaha yang bisnisnya tahan krisis atau bahkan anti krisis.
Negara pun begitu. Banyak yang bisa kita kerjakan di masa sulit ini. Dari pada berantem. Proyek-proyek infrastruktur adalah bentuk kegiatan yang tepat di masa konsolidasi. Proyek infrastruktur adalah proyek yang nyaris tidak memerlukan barang impor. Bahkan, bisa membantu menghidupi beberapa industri yang sangat sulit. Misalnya industri baja. Mereka mau memberi harga lebih murah. Atau memberikan sistem pembayaran yang longgar. Penyerapan tenaga kerja proyek infrastruktur juga besar. Manfaatnya pun luar biasa. Terutama saat kita kembali melakukan start nanti.
Memang, kadang kita harus mengelus dada. BUMN harus membeli izin proyek jalan tol yang lama digantung. Pemilik izin bisa menjal izin dengan harga mahal. Sungguh bisnis yang sangat enak. Mereka dapat izin membangun jalan tol. Sudah bertahun-tahun tidak dilaksanakan. Kini negara terdesak untuk melaksanakan. Tidak berani mencabut izin tersebut.
Itulah kenyataan hidup. Ada yang di masa sulit ini bisa memanfaatkan posisinya yang seperti itu. Negara terpaksa mengambil alihnya. Sebab, izin tersebut adalah izin infrastruktur yang vital. Infrastruktur yang kalau selesai dikerjakan dengan cepat bisa mengurangi biaya logistik. Dus, mutlak harus kita percepat. Meski pun dalam hati ini menyumpah: kok enak ya mereka itu?
Dalam masa sulit ini infrastruktur harus dikebut. Terutama yang secara ekonomis bisa mandiri. Tidak perlu APBN. Kredit bank bisa lebih fokus ke arah ini. Toh kredit tersebut cukup aman. Kalau bisa, saat ekonomi pulih nanti, dua tahun lagi, infrastruktur tersebut sudah jadi.
Demikian juga di bidang energi. Kita punya bom waktu yang kurang kita sadari. Saat kita melarang ekspor ore (tanah yang mengandung bijih nickel) tahun lalu, bayangan kita sangat indah. Kita larang ekspor bahan baku. Harus kita olah sendiri. Maka akan segera dibangun pabrik-pabrik peleburan nickel (smelter) di dalam negeri. Lalu, kita bisa segera ekspor bahan setengah jadi. Kelihatannya ideal dan beres.