Kusnan merupakan warga asli Desa Klepek, Kecamatan Sukosewu. Pria yang kini berusia 63 tahun itu hanya mengenyam pendidikan sampai SD. Sebab, orang tuanya kala itu tidak memiliki biaya. ’’Saya terlahir dari keluarga yang tidak punya,’’ ungkapnya.
Orang tua Kusnan bekerja sebagai petani. Namun, mereka tidak memiliki sawah. Mereka menyewa sawah milik tetangga untuk digarap. Karena tidak melanjutkan sekolah, Kusnan menghabiskan banyak waktu untuk membantu orang tua menggembala kambing. Itu pun kambing milik tetangga.
Dari situ, Kusnan mulai akrab dengan hewan ternak. Dari menggembala kambing tersebut, dia mendapat upah seekor anak kambing. Namun, ada syaratnya. Yakni, jika kambing yang digembalakannya beranak. Sistem pengupahan tersebut lazim dilakukan pada masa itu. ’’Saat ini masih ada beberapa orang yang menggunakan sistem tersebut,’’ tuturnya.
Hal tersebut dijalani Kusnan hingga berkeluarga. Namun, yang dia gembalakan bukan lagi kambing, melainkan sapi. ’’Setelah menikah, saya ya bertani. Sampingannya merawat sapi tetangga,’’ ujarnya.
Lama bergelut dengan hewan ternak, Kusnan mulai memahami seluk-beluk peternakan. Sapi-sapi yang dipeliharanya selalu gemuk dan sehat. Hal tersebut membuat tawaran dari tetangga untuk memelihara sapi terus berdatangan. Lama-kelamaan, Kusnan kewalahan. Dia pun sering menolak tawaran tersebut.
Dari memelihara sapi tetangga itu, Kusnan mendapat upah sapi. Upah tersebut didapat jika sapi yang dipelihara sudah beranak dua kali. Upah anak sapi itu dipelihara sampai dewasa.
Suatu hari, pada tahun 2000, Kusnan mendengar kontes sapi yang diadakan Pemkab Bojonegoro. Karena merasa sapi miliknya memenuhi syarat untuk ikut kontes, tanpa ragu dia ikut ambil bagian. Sayang, nasib baik belum berpihak. Sapi Kusnan kalah ketika itu.
Tahun berikutnya, 2001 dan 2002, Kusnan kembali menelan kekalahan. Namun, hal tersebut tidak menyurutkan semangatnya untuk mengikuti kontes serupa. Akhirnya, pada 2003, nasib berkata lain. Sapi Kusnan berjenis limusin simental yang diikutkan kontes berhasil menang. Tidak tanggung-tanggung, sapi itu langsung menjadi juara pertama.
’’Itu membuat saya senang. Sebab, sapi saya akhirnya bisa menang juga,’’ ujar pria yang juga ketua kelompok peternak sapi di desanya tersebut.