Dari sudut pandang Ketua Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bandung Drs. Tatang Suratis, di usia 205 tahun Kota Bandung, bukan saja semakin tua melainkan dari sisi perekonomian harus mampu memberikan ekspektasi kegembiraan untuk warganya.
Itu dapat ditempuh melalui pelayanan publik yang prima, sehingga masyarakat merasakan kesejahteraan lebih maju dibanding kota lain.
’’Menjadi kota yang kompetitif, pusat kunjungan wisata dan maju menjadikan kota Bandung sebagai kota budaya yang mencerminkan kesundaan yang memukau bangsa lain,” urai Tatang.
Mencermati harapan itu dibutuhkan hubungan yang berkarakter di antara birokrat dan masyarakat. Terjalinnya kultur tersebut mencerminkan budaya sunda yang menonjol . Sebab, baik budaya, perilaku dan citra nilai Bandung, yang terkandung dalam kesundaan yang plural jadi modal dalam meningkatkan harapan tadi.
Pada akhirnya, dinamika politik warga Bandung, memerlukan rumusan baru. Hal itu, diperlukan dalam mengangkat roh dari peribahasa Silih Asah, Silih Asih, Silih Asuh . ’’Saya meyakini ungkapan itu akan jadi benteng pencegah perbuatan destruktif di ranah politik. Sehingga, situasinya akan jadi sarendek, saigel, sabobot, sapihanean. Konsensus tersebut akan menciptakan harmonisasi di Kota Bandung,” sahutnya.
Di pemerintahan, bukan tidak mungkin bila falsafah itu digunakan, akan menjadi daya dorong tercetusnya inovasi untuk seluruh aparat sipil negara (ASN) Pemkot Bandung.
Ujungnya, terlaksananya perampingan struktur berganti dengan kaya fungsi terlepas dari disparitas pribadi maupun kelompok. Tapi, jangan pula melupakan daerah penopang. Sinergitas harus terus dibangun dalam meningkatkan kemajuan bersama dalam mewujudkan Bandung metropolis, yang tidak meninggalkan akar budaya kesundaannya,” pungkas Tatang. (edy)