Aleta menuturkan, PAUD yang dipimpinnya memang berdiri sejak 2010. Tapi, ketika itu, belum ada gedung. Anak didik belajar di ruang kosong dekat dermaga.
Pada 2013, baru dibangun gedung oleh pemerintah setempat. Tapi, dinas pendidikan kabupaten hanya memberikan kurikulum tanpa pelatihan. Pihaknya hanya diberi buku.
Alhasil, guru PAUD bingung. Karena mereka tidak bisa bikin modul belajar, akhirnya kegiatan sekolah hanya bernyanyi dan berdoa. ’’Kalau nakal, dulu sampai dicubit. Sekarang beda, pakai teknik. Seperti puji-puji,’’ kata Menahem, lalu tertawa saat mengenang zaman ’jahiliah’ sebelum mereka mendapat pendampingan dari Wahana Visi Indonesia (WVI).
WVI yang bermitra dengan World Vision sebenarnya sudah terlibat dalam program pengembangan daerah di Kabupaten Alor selama 16 tahun terakhir. Mereka berfokus pada pengembangan di bidang pendidikan, kesehatan, dan perekonomian.
Pada 2012, WVI menjadikan kedua PAUD pimpinan Menahem dan Aleta sebagai proyek percontohan pendampingan. ’’Yang kami lakukan adalah meningkatkan kualitas pembelajaran,’’ kata Ketua Pengurus Yayasan Wahana Visi Indonesia Grace Hukom kepada Jawa Pos yang ikut mengunjungi Pulau Pura.
Para guru PAUD mendapatkan materi modul dan cara membuat kurikulum. Kurikulum itu disusun dengan memanfaatkan potensi lokal seperti kebiasaan baik, lagu, dongeng, permainan, tarian, serta material lain. Misalnya bunga, daun, biji-bijian, bebatuan, atau ikan. Ikan merupakan materi yang paling gampang untuk dijadikan medium belajar. Sebab, mayoritas warga setempat bekerja sebagai nelayan. Otomatis, para bocah Pulau Pura pun akrab dengan makhluk air tersebut.
Metode pembelajaran dibagi menjadi centre based (belajar di kelas) dan home based (pendidikan anak di rumah). Sejauh ini, ada masing-masing 12 rumah di tiga desa di Pulau Pura yang sudah didesain home based. Konsepnya mirip bedah rumah yang dibuat bernilai pendidikan. Orang tua dilibatkan dalam desain rumah itu.
Misalnya mengatur meja belajar dan meja makan, menyediakan kamar tidur, atau membuat taman bunga. Targetnya adalah mengajari anak untuk mengenal pendidikan sejak bayi.
’’Itu hal baru bagi warga di sini. Tapi, setelah mereka diajak, hasilnya ternyata menyenangkan,’’ kata Aleta.
Dulu Hanya Nyanyi dan Doa, Kini Kenal Huruf serta Warna
- Baca artikel Jabarekspres.com lainnya di Google News