Selain di sekolah, Miftah masih memberi les dan mengajar di TPQ yang berada dalam satu kompleks. Mulai pagi sampai sore energinya untuk mendidik seolah tak habis-habis. Lincah bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Sebab, dia ingin semua muridnya, meski berasal dari sekolah gratis, bisa berprestasi sebaik atau bahkan melebihi mereka yang membayar mahal untuk sekolah. Meski tantangan juga tak kurang-kurang. ’’Terutama dalam hal motivasi belajar anak-anak. Intinya harus banyak sabar,’’ katanya sambil tersenyum.
Kini Miftah dan sang suami tengah berusaha mengumpulkan dana untuk membeli lahan di seberang sungai yang membatasi halaman sekolah. Di sana, selain menambah jumlah kelas, dia ingin mendirikan pondok pesantren. ’’Nanti pondok itu juga kami gratiskan,’’ ucap dia. (*/abi/JPG/c9/ttg/hen)