Sebaliknya, harga bom P-100 yang menyamai produk Rusia jelas jauh lebih murah. Berapa harganya? ’’Wah, saya nggak bisa jelaskan. Yang pasti, bisa lebih murah 50 persen, bahkan lebih,’’ jelas Ricky.
Setelah dua tahun digunakan Sukhoi untuk berlatih dan pernah dipakai F-5, P-100 kini diakui dunia militer internasional. Yakni, dengan telah mengantonginya NSN (national stock number) dari badan kodifikasi. Dengan NSN, produk tersebut telah diakui sebagai amunisi bom bertaraf internasional, baik NATO maupun Rusia.
Pengembangan P-100 ternyata dimonitor militer negeri tetangga. Terbaru, delegasi pejabat Tentera Udara Diraja Malaysia (TUDM) yang juga mengoperasikan Sukhoi ternyata terpincut dengan P-100. ’’Mereka datang ke sini (pabrik PT Sari Bahari, Red), bahkan pejabat setingkat KSAU-nya. Mereka ingin membeli P-100,’’ ungkap Ricky.
Namun, karena produk bom merupakan bagian industri strategis, Ricky harus mendapat persetujuan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) untuk menjual P-100. ’’Sejauh ini Kemenhan merespons no. Jadi, kami tidak menjualnya,’’ imbuh Ricky.
Meski demikian, PT Sari Bahari tidak melempar produknya di pasar militer internasional. Satu-satunya produk yang diekspor adalah 260 kepala roket latih (smoke warhead) kaliber 70 milimeter ke Republik Cile.
Produk lain yang juga menjadi andalan PT Sari Bahari adalah detonator (fuse) bom. Produk tersebut kini menjalani alih teknologi dengan perusahaan asal Bulgaria, Armaco. Alih teknologi dilakukan setelah PT Sari Bahari memesan 1.500 unit fuse. ’’Fuse ini bisa dipicu secara elektronik maupun manual,’’ katanya. Seperti diketahui, fuse adalah pemantik meledaknya sebuah bom. Selama ini produsen bom lokal belum mampu memproduksi sendiri alias mengalami ketergantungan produk impor.
Terakhir, PT Sari Bahari memproduksi roket jenis folding-fin aerial rocket dengan hulu ledak sesuai dengan standar NATO. (*/c10/hen)