Memang rata-rata pedagang di sana mengerti dan bisa berbahasa Indonesia. Karena itu, tawar menawar antara jamaah dengan pedagang tidak terlalu sulit. Hanya saja, lapar mata jamaah harus dikendalikan. Karena perlu diingat untuk membawa barang-barang itu ke Indonesia yang susah. Kecuali dipaketkan sendiri minimal 20 kg dan harganya relatif mahal. Di dekat pasar Kurma itu bejibun ekspedisi swasta yang menawarkan pengiriman barang. Tampak jamaah Indonesia sampai antre mengepak barang bawaannya untuk dikirimkan ke tanah air.
Imbauan agar jamaah tidak membawa bagasi terlalu banyak diungkapkan Kadaker Madinah Nasrullah Jasam. Menurut dia, pemeriksaan bagasi pesawat di Arab Saudi yang menuju tanah air sangat ketat. Paling berat 32 kg. ’’Biasanya tas jamaah itu sampai mau melahirkan, ditali rapat biar nggak diperiksa. Ya nggak bisa tetap saja dibongkar. Makanya tas di bagasi cukup satu, kalau dua yang satu disuruh ninggal,’’ ujarnya.
Begitu ketatnya pemeriksaan bagasi oleh pemerintah Arab Saudi, pihaknya terus menerus melakukan sosialisasi agar jamaah tidak terlalu banyak berbelanja. ’’Terutama air zam-zam. Ndak boleh bawa di bagasi bagaiamana pun carinya. Pasti bisa terdeteksi. Jika ada air zam zam dipastikan disuruh membongkar dan dilarang terbang satu kloter,’’ katanya.
Dia menuturkan tahun-tahun sebelumnya banyak sekali barang bawaan jamaah yang terpaksa harus ditinggalkan. Karena petugas akan menyeleksi bawaan jamaah sebelum sampai ke airport. ’’Jamaah sering marah kalau barang bawaannya dibongkar lagi. Tapi yang lebih baik dimarahin jamaah daripada dimarahin pihak imigrasi Arab Saudi,’’ tuturnya.
Menurut dia, barang bawaan yang melebihi kapasitas akan memperlambat penerbangan. Karena, pihak maskapai tidak akan mau mengangkut mereka. ’’Jadi tiap tahun gudang di sini selalu penuh dengan barang bawaan jamaah yang tidak boleh diangkut,’’ katanya. (end/hen)