MPMX menyediakan dana sebanyak-banyaknya sebesar Rp 50 miliar untuk aksi itu hingga harga maksimum Rp 1.000 per saham. Sehingga, jumlah nilai nominal saham yang akan dibeli perseroan akan tergantung pada harga saham di bursa. Pada penutupan perdagangan kemarin saham MPMX ditutup turun 9,3 persen ke harga Rp 476 per saham.
”Perseroan memerkirakan tidak ada dampak menurunnya pendapatan akibat dari pelaksanaan pembelian kembali saham. Sedangkan dampak pembelian kembali saham atas biaya pembiayaan perseroan akan sangat kecil sekali,” yakinnya.
Perusahaan ritel, PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS), juga melakukan upaya sama. Perseroan sudah merencanakan pembelian kembali saham yang dikeluarkan dan sudah mengumumkannya kepada OJK.
”Perseroan akan melakukan pembelian kembali saham yang dikeluarkan tanpa menunggu persetujuan RUPS,” ungkap Direktur RALS Suryanto dalam keterbukaan informasi ke BEI kemarin.
Sementara itu, analis dari Chief Economist Office Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, keputusan dari pemerintah terkait buyback dan intevensi pasar memang tepat untuk solusi jangka pendek. Misalnya, intervensi kurs dengan menggelontorkan cadangan devisa. Solusi tersebut dirasa langkah memberi hasil paling maksimal dengan risiko kecil.
”Secara ukuran internasional, cadangan devisa harus kuat menanggung impor selama tiga bulan. Dan saat ini, cadangan devisa Indonesia ada di angka enam bulan impor,” ungkapnya.
Dia mengaku, Indonesia tak bisa mengikuti tren devaluasi oleh negara-negara lain. Pasalnya, Indonesia masih bergantung kepada mata uang dolar Amerika Serikat (USD) dalam perdagangan internasional. Karena itu, Indonesia sudah dipastikan harus mati-matian bertahan terhadap gempuran nilai kurs USD yang terus menguat.
Namun, dia menegaskan bahwa keputusan tersebut harus diikuti dengan rencana jangka panjang. Menurutnya, pemerintah masih harus memperbaiki infrastruktur, daya saing usaha, dan reformasi struktural perizinan. Hal tersebut dirasa perlu karena resiko pelemahan kurs Indonesia masih bisa ditemui hingga tahun depan.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Suryo Bambang Sulisto mengatakan, melemahnya rupiah hingga di kisaran Rp 14.000 per USD harus segera diantisipasi oleh pemerintah. Meski menguntungkan untuk ekspor tapi pelemahan ini juga bisa merugikan Indonesia. ”Pemerintah tidak boleh memandang sebelah mata terkait pelemahan rupiah ini,” ujarnya.
Terpuruk, Rupiah Tembus Rp 14.000
- Baca artikel Jabarekspres.com lainnya di Google News