Upaya Merevisi Sejarah Cimahi

[tie_list type=”minus”]Enggan Dimulai dari Kolonial Belanda [/tie_list]
CIMAHI – DPRD dan pemerintahan kota Cimahi melakukan pembahasan tentang rencananya untuk merevisi Perda No.30 Tahun 2003 terkait isi yang membahas sejarah singkat Kota Cimahi.

cimahi
ISTIMEWA

SYARAT SEJARAH: Sekitar 60 persen wilayah di Cimahi masuk dalam area pusat pendidikan militer. Tidak hanya itu, Cimahi juga kental akan sejarah.

Dalam Perda tersebut, sejarah Kota Cimahi dirasa kurang pas jika dimulai dari masa pemerintahan Kolonial Belanda, pada Masa kepemimpinan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels.
Sekretaris KPDE Kota Cimahi Hardjono mengatakan, dalam rapat yang digelar bersama DPRD Kota Cimahi Komisi I beberapa waktu lalu, mereka meminta agar sejarah singkat tentang Kota Cimahi yang tertuang dalam Perda No 30 Tahun 2003 agar lebih jauh ditarik ke belakang ke masa sebelum kolonial berkuasa.
Pasalnya, pada saat itu, wilayah Kota Cimahi yang ada sekarang sudah memiliki pemukiman penduduk dan tata pemerintahannya sendiri. ”Start sejarah kan biasanya dimulai dari masa jalan posnya Daendals,” katanya.
”Karena pada saat itu Cimahi sudah menjadi sebuah wilayah dan telah ada pemukiman di situ dan sudah ada tata pemerintahan,” tambahnya.
Dia menjelaskan, penelusuran sejarah ini penting untuk membuka cakrawala yang lebih luas tentang sejarah keberadaan Kota Cimahi. Seperti penamaan jalan-jalan dan penamaan
wilayah di Kota Cimahi lainnya.
Dia mencontohkan, di daerah Cimahi ada nama wilayah Gado Bangkong dan Kandang Uncal. Bila ditelusuri asal usulnya, kata dia, pasti ada historisnya. ”Itu perlu diguar lagi agar lebih luas pengetahuan sejarah Kota Cinahi sebelum pemerintah kolonial membangun tangsi-tangsi militer,” ujarnya.
Dia mengatakan, dalam hal ini pihaknya memerlukan kaidah-kaidah ilmiah yang lebih mendalam. Oleh sebab itu, diperlukan penelusuran-penelusuran yang lebih komprehensif seperti pengakuan dari para tokoh yang berada di petilasan-petilasan sejarah kota Cimahi.
”Petilasan itu biasanya menyimpan cerita tutur. Kita akan diskusikannya dengan tokoh-tokoh masyarakat, karena ada kaidah-kaidah ilmiah di dalamnya,” terangnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan