Perhatikan Makam Keramat Waduk Jatigede

SUMEDANG – Sejumlah budayawan dari berbagai elemen kembali mengingatkan pemerintah agar serius memperhatikan dan mementingkan keberadaan beberapa situs makam keramat yang ada di wilayah genangan Waduk Jatigede.

makam
DOA BERSAMA: Budayawan dan pemerhati lingkungan melakukan doa bersama di makam Prabu Guru Aji Putih di Blok Cipeueut, Desa Cipaku, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang, kemari (31/7). Mereka mengingatkan pemerintah agar serius memperhatikan dan mementingkan keberadaan beberapa situs makam keramat yang ada di wilayah genangan Waduk Jatigede.

Pasalnya, situs makam para karuhun (leluhur-red) Sumedang yang dikeramatkan, menjadi kekuatan bagi masyarakat Sunda khususnya Sumedang yang peduli terhadap nenek moyangnya atau para leluhurnya.

”Budi yang luhur tidak lupa leluhur. Oleh karena itu, kita harus selamatkan situs makam leluhur Sumedang ini,” tutur salah seorang Budayawan Ully Sigar Rusady disela ”Doa Bersama di Makam Prabu Guru Aji Putih” di Blok Cipeueut, Desa Cipaku, Kecamatan Darmaraja. kemarin (31/7).

Acara doa bersama itu dipimpin langsung Ully Sigar yang dihadiri artis era ’90-an, Paramitha Rusady, Ketua Yayasan Pangeran Sumedang (YPS) Koenrad Soeriaputra, sejumlah budayawan dan pemerhati lingkungan.

Menurut Ully, terkait pembangunan Waduk Jatigede, ternyata masih banyak menyisakan berbagai persoalan. Selain masalah sosial, tak kalah penting persoalan budaya termasuk situs makam leluhur yang keberadaannya minim perhatian pemerintah.

”Kami mengajak masyarakat adat kasundaan terutama pemerintah, supaya mau memperhatikan serius makam keramat dan sejumlah situs monumental yang ada di wilayah genangan Waduk Jatigede ini,” tuturnya.

Pada prinsipnya, kata dia, budayawan termasuk pemerhati lingkungan tidak ingin sedikitpun menentang pembangunan Waduk Jatigede yang bertujuan untuk kesejahteraan rakyat.

Namun, karena kepeduliannya, budayawan dan masyarakat adat mempunyai kewajiban untuk memelihara dan melestarikan budaya. Begitu juga dengan situs karuhun Sumedang, tidak boleh terganggu bahkan digenang.

”Digelarnya doa bersama ini, sebagai bentuk penghormatan terhadap para leluhur Sumedang. Salah satunya, makam Prabu Guru Aji Putih sebagai cikal bakal Kerajaan Sumedang Larang,” kata Ully.

Lebih jauh ia menjelaskan, tanah dan makam karuhun yang dikeramatkan menjadi satu kekuatan bagi masyarakat Sunda yang peduli leluhur.

Tinggalkan Balasan