Beroperasi di KAA hingga Acara Buka Bersama

Dia kemudian berandai-andai. ’’Jika saja ada tempat untuk salat di setiap keramaian, pasti akan memberikan kemudahan bagi umat untuk beribadah,’’ ujarnya mengenang.

Ide itu makin kuat ketika Sobirin mendapat keluhan dari temannya yang juga mengalami kesulitan mencari tempat salat saat berada di stadion untuk mendukung tim kesayangannya, Persib Bandung. ”Teman saya itu terpaksa menjamak salat, padahal sebenarnya tidak boleh,” cerita Sobirin.

Berangkat dari pengalaman-pengalaman itulah, timbul ide dalam benak Sobirin untuk menciptakan masjid keliling. Bentuknya sederhana, tempat salat berjamaah yang bisa ditemui di tempat-tempat keramaian. Agar bisa berkeliling, satu-satunya cara ialah menggunakan mobil yang dilengkapi peralatan salat. Mulai karpet sajadah, tempat wudu, dan sound system kecil yang bisa digunakan untuk menyuarakan azan.

Namun, kata Sobirin, mewujudkan keinginan itu tidak mudah. Yayasan Masjid Nusantara yang diasuhnya sempat kelimpungan mencari mitra yang bersedia menghibahkan mobilnya untuk dijadikan ”mobile masjid”. Dalam beberapa bulan, hasilnya nihil. Sampai akhirnya dia bertamu ke lembaga rumah zakat. Di sana dia memaparkan keinginannya untuk membuat masjid keliling.

”Syukur alhamdulillah, ide saya disetujui. Mereka bersedia menghibahkan mobil ini untuk dijadikan sarana mendirikan masjid keliling,” ujarnya kemudian menatap bangga pada mobil di sebelahnya.

Mobil tersebut awalnya adalah ambulans. Namun kemudian disulap menjadi mobil yang berisi perlengkapan salat. Secara resmi, masjid mobile itu mulai beroperasi pada awal Ramadan ini.

Mobil tersebut diawaki lima orang dan dipimpin Sobirin. Mereka bergerak setiap hari memutari kota untuk mencari keramaian, namun tidak ada tempat ibadahnya. Di antaranya lokasi masyarakat ngabuburit (menunggu saatnya berbuka puasa) yang tersebar di pelosok Bandung. Begitu tempatnya diperoleh, Sobirin dkk langsung menyiapkan segala sesuatunya untuk keperluan salat berjamaah.

Menurut Sobirin, tak jarang di acara buka bersama (buber) masyarakat akhirnya tak bisa menjalankan kewajiban salat karena alasan tidak ada tempat beribadah. ”Mudah-mudahan, dengan masjid keliling itu, umat Islam terbantu. Sehingga tidak ada alasan untuk meninggalkan kewajiban salatnya,” tutur alumnus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung tersebut.

Tinggalkan Balasan