[tie_list type=”minus”]Ubah Konsep Kuno Perpustakaan[/tie_list]
SOREANG – Minat baca dinilai masih sangat rendah di kalangan anak, remaja, pelajar maupun mahasiswa di Kabupaten Bandung. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor seperti berkembangnya teknologi informasi, seperti dunia maya (internet), pertelevisian dan hiburan-hiburan lainnya yang menyebabkan buku sebagai bahan bacaan menjadi kehilangan daya tarik.
’’Indonesia merupakan negara yang sudah melek huruf tinggi karena hanya sedikit warganya yang masih buta huruf. Namun ironisnya, minat baca warga juga rendah,’’ terang Anggota Komisi X DPR-RI Dadang Rusdiana (Darus), saat dihubungi Soreang Ekspres (Grup Bandung Ekspres) kemarin (31/5).
Darus juga mengemukakan bahwa selama ini belum ada kebijakan terintegrasi, antara Menteri Pendidikan Nasional dengan Badan Perpustakaan tentang kewajiban bagi sekolah memiliki perpustakaan yang representatif dengan tenaga pustakawan yang berkualifikasi. ’’Kunjungan perpustakaan belum menjadi kewajiban yang terintegrasi dengan mata pelajaran,’’ katanya.
Padahal, lanjut dia, seharusnya setiap mata pelajaran selain melalui kegiatan belajar mengajar di dalam kelas pemberian pekerjaan rumah (PR), harus ditetapkan pula berapa jam untuk kunjungan perpustakaan. ’’Jadi gemar membaca tidak bisa hanya dengan pendekatan kultural dalam bentuk gerakan masyarakat, tetapi harus diikuti pula dengan pendekatan struktural yaitu regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah,’’ jelas pria yang belakangan juga gencar mengkampanyekan gerakan gemar membaca itu.
Adanya inisiatif dari masyarakat dalam bentuk taman bacaan masyarakat menurut Darus, tidaklah cukup. Sebab, harus juga diimbangi dengan penyediaan perpustakaan desa dengan konsep yang lebih kreatif. Pasalnya, sementara ini perpustakaan memang tidak terlalu diminati karena dianggap tidak menarik bagi anak muda. ’’selama ini perpustakaan dicitrakan sebagai gedung berisi buku yang menjemukan dan tidak menarik bagi mereka,’’ terang dia.
Sehingga untuk menumbuhkan kembali minat baca, perlu dikembangkan perpustakaan kreatif. Yakni, perpustakaan dibuat dalam konsep yang lebih terbuka dan terintegrasi dengan aktivitas remaja lainnya. ’’Untuk menarik minat pembaca, tidak ada salahnya kalau perpustakaan dilengkapi banyak fasilitas seperti kafe, tempat kuliner, pertunjukan seni budaya dan sarana olahraga,’’ jelasnya.