Istana Minta Polri dan BIN Ikut Pantau Beras Plastik

JAKARTA – Istana turut mengikuti perkembangan temuan beras palsu yang menjadi buah bibir di tengah masyarakat belakangan ini. Melalui Deputi Staf Kepresidenan Bidang Komunikasi Eko Sulistyo, istana berharap lembaga kepolisian hingga Badan Intelijen Negara (BIN) juga ikut turun memantau persoalan tersebut.

Menurut dia, keterlibatan kedua lembaga itu penting karena terkait dengan persoalan beras yang merupakan bahan makanan pokok bagi mayoritas masyarakat Indonesia. Pihak-pihak yang menangani, lanjut dia, tidak cukup dari lembaga-lembaga kementerian terkait ataupun Bulog saja. ’’Sebab, dampak isu ini tentu akan luas, jadi perlu untuk dipantau bagaimana sebenarnya yang terjadi,’’ tutur Eko, saat dihubungi, tadi malam.

Dia menilai, sejauh ini langkah aktif dan antisipatif sejumlah pihak di lapangan sudah relatif baik ketika ada fakta temuan beras plastik di tengah-tengah masyarakat. Mulai dari pihak Bulog, praktisi, hingga kalangan pedagang terus bersinergi untuk menekan kemungkinan peredaran beras palsu tersebut. ’’Cuma ya itu tadi, ini kan sesuatu yang masih perlu diperjelas lagi,’’ imbuh Eko, tanpa merinci lebih lanjut.

Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel menyatakan akan menindak tegas pihak yang terbukti dalam proses pembuatan maupun penyebaran beras sintetis. Dilakukan kerjasama dengan pihak penegak keamanan untuk menelusuri asal muasalnya.

Rachmat mengatakan, sudah berkoordinasi dengan Bareskrim Mabes Polri dan Badan Intelijen Negara (BIN) untuk mendalami peredaran barang yang sudah menimbulkan keresahan secara nasional itu. Bareskrim diminta mengusut dan menyeledikinya sedangkan BIN akan menelusuri kasus ini dari hulu ke hilir.

’’Kami akan melakukan tindakan tegas dan menerapkan sanksi sesuai dengan aturan yang berada dalam kewenangan Kemendag. Kami juga meminta pihak penyidik, dalam hal ini Bareskrim dan BIN, untuk menelusuri dari hulu hingga hilir guna memastikan motif dari aktifitas perdagangan tersebut,’’ ungkapnya, dalam keterangan resmi, kemarin.

Rachmat ingin memastikan apakah peredaran beras palsu itu sekadar mencari keuntungan atau ada tinadkan terkait kriminalitas dengan motif-motif tertentu. Walau bagaimanapun, kata dia, merugikan semua pihak.

Sebelum meminta bantuan kepada Polri dan BIN, Kemendag telah berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian, BPOM, Ditjen Bea dan Cukai, serta aparat terkait terutama penegak hukum di lokasi ditemukannya beras sintetis itu. Rachmat menegaskan peredarannya selain merugikan kesehatan masyarakat juga merusak mata rantai ekonomi terkait komoditas beras sehingga merugikan petani dan pedagang.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan