’’Kan sekarang pinjaman yang dikasih sampai Rp 50 juta, malah ada yang Rp 100 juta. Itu tidak betul, karena kalau yang dipake hanya Rp 10 juta, sisanya dipakai apa coba? Dibeliin hape, nyicil motor, malah jadi konsumtif,’’ terang mantan Direktur bank bjb ini.
Jika program pinjaman itu tetap digulirkan, sementara nilai bunga terus naik, maka pedagang/ pengusaha akan kesulitan di kemudian hari. Sebab, nilai bunga yang harus dibayarkan ke bank jadi lebih besar daripada nilai omzet. ’’Malah jadi harus nombok,’’ katanya.
Oleh karena itu, setiap bank atau peminjam harus tahu dulu jumlah yang dibutuhkan oleh pengusaha sebelum memberi pinjaman modal. Sehingga tidak bisa disamaratakan. ’’Ini untuk mencegah penyalahgunaan. Karena kalau uang modal pinjaman dipakai untuk beli yang lain-lain kan salah,’’ tuturnya. (tam)