SUMUR BANDUNG – Acara Road to Museum Sejarah Kota Bandung resmi dibuka di Gedung De Vriej (OCC NISP), Jalan Asia-Afrika. Pemeran yang mengungkap sisi sejarah tersebut, diapresiasi positif oleh pengunjung.
Pameran itu sendiri, dihadiri Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Kota Bandung. Dengan kehadiran mereka, acara pun terasa lebih menyentuh. Karena tak jarang mereka juga ikut menjadi kurator yang menjelaskan peristiwa di tahun-tahun tersebut.
Untuk diketahui, selain pameran foto dan timeline sejarah pergerakan kebangsaan periode 1912 hingga 1955, acara tersebut juga akan mengadakan diskusi kebangsaan setiap harinya. Dimulai dari Senin (27/4), hingga Sabtu (2/5).
Hermawan Rianto, ketua Museum Sejarah Kota Bandung, mengaku, cukup puas dengan materi yang dipamerkan dalam pameran itu. Menurut dia, dengan materi tersebut pengunjung akan mengerti sejarah pergerakan kebangsaan di Kota Bandung yang mengerucut hingga terjadinya KAA 60 tahun lalu.
’’Bung Karno menunjuk Bandung sebagai tuan rumah KAA bukan tanpa sebab, dengan pameran ini kita berniat mengingatkan kembali sejarah pergerakan kebangsaan di Kota Bandung, pergerakan-pergerakan kecil di Kota Bandung yang terlupakan namun berpengaruh terhadap sejarah kebangsaan,’’ jelas dia.
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil juga turut mengapresiasi acara tersebut. Dia mengatakan akhir tahun ini persiapan Museum Sejarah Kota Bandung akan rampung. ’’Nanti sehabis KAA akan kita bicarakan, minimal akhir tahun,’’ katanya.
Selain itu, dalam acara itu juga menampilkan hasil workshop perubahan Alun-Alun Kota Bandung dari komunitas Bandung Heritage yang berkolaborasi dengan mahasiswa. Yang menarik dari Kota Bandung karena jika ada sesuatu yang baru akan berkumpul.
Rahmawati, perwakilan Forum Ikatan Mahasiswa Arstek (FIMA) Jawa Barat yang juga berkolaborasi dalam salah satu dari tiga karya yang dipamerkan, mengemukakan ketertarikannya terhadap alun-alun Kota Bandung.
”Sejak zaman kolonialisme, Alun-alun dipakai menjadi tempat show-off. Uniknya, dari dulu hingga saat ini setiap ada sesuatu yang baru masyarakat akan berkumpul seperti saat ini,’’ ujar dia.
Di luar itu, dia berharap fungsi Alun-Alun Kota Bandung dikembalikan seperti masa kolonialisme. Di mana Jalan Kepatihan tersambung dengan Jalan Banceuy. (mg7/rie)